Gorontalo - Petani Gorontalo patut berbangga karena panen jagung periode tanam Oktober-Maret dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. Presiden menekankan pentingnya meningkatkan produktivitas jagung sekaligus menjaga stabilitas harga untuk petani.
"Sebelumnya produksi jagung petani Gorontalo hanya 650 ribu ton, sekarang sudah bisa ditargetkan 1,7 juta ton. Peningkatan yang banyak sekali," kata Jokowi di hadapan 4.000 an petani Gorontalo Jumat 1 Maret. Ke depan, lanjutnya produksi jagung yang sekarang delapan sampai sembilan ton per hektar, diharapkan bisa mencapai 10 ton.
Berlokasi di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Presiden Jokowi disambut hamparan jagung siap panen seluas 1.392 hektare di perbukitan. Pemilihan lokasi ini mewakili semangat petani jagung di Gorontalo yang pada 2018 mampu menghasilkan 1,5 juta ton, dan mengekspor 113 ribu ton.
Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga berdialog dengan beberapa petani, dan menyampaikan komitmennya untuk terus meningkatkan produksi jagung sekaligus kesejahteraan petani. Presiden bahkan memulai pembangunan bendungan Bulango Ulu senilai Rp2,3 triliyun, untuk menjaga pasokan air bagi petani di Gorontalo.
Presiden menyatakan bangga karena produksi petani jagung nasional mampu menekan impor dari 3,2 juta ton di 2014, bahkan sudah bisa ekspor pada 2018 sebanyak 380 ribu ton. "Sudah menjadi hukum ekonomi, jika produksi petani melimpah harga akan turun. Karena itu untuk menstabilkan harga kita dorong ekspor," tambah Jokowi.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan produksi jagung nasional meningkat pesat setiap tahun, dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada 2015 misalnya, produksi jagung nasional hanya 19,61 juta ton. Meningkat menjadi 23,58 juta ton di tahun berikutnya, naik menjadi 28,92 juta ton pada 2017, dan tembus 30 juta ton pada 2018.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang hadir dalam acara tersebut menyatakan target produksi nasional tahun ini mencapai 33 juta ton, dan ekspor diharapkan sebesar 500 ribu ton.
"Target sebesar itu akan maksimalkan di lumbung jagung nasional seperti Jawa Timut, NTB, Lampung, Sumatera Selatan, termasuk Gorontalo. Selain ditarget akan produksi 1,7 juta ton, tahun ini Gorontalo juga didorong untuk ekspor sebesar 150 ribu ton," papar Amran.
Amran menambahkan program yang selama ini sudah dijalankan akan tetap dimaksimalkan, seperti intensifikasi lahan dengan benih unggul gratis agar produktivitas lebih baik. Juga ekstensifikasi lahan atau perluasan lahan termasuk sistem tumpangsari, dan modernisasi pertanian dengan memanfaatkan alat mesin pertanian (alsintan).
Hal senada disampaikan Gubernur Gorontalo Rusli Habibi. Menurutnya, petani jagung masih semangat untuk melanjutkan program pemerintah untuk terus memproduksi terutama karena benih, pupuk, dan alsintan bisa tersedia tepat waktu, tepat volume, dan tepat sasaran. Ia mengapresiasi Kementan yang sudah memprioritaskan program jagung di Gorontalo mulai dari regulasi kemudahan penyediaan benih, hingga penyediaan alsintan.