Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyarankan masyarakat melakukan enam hal untuk mencegah hoaks atau kabar bohong beredar di media sosial. Masyarakat diimbau tidak mudah terpancing emosinya ketika menerima informasi dan selalu mengecek kredibilitas sumber informasi.
Presidium Mafindo Harry Sufehmi mengatakan, mayoritas hoaks ditujukan pihak tertentu untuk memancing emosi masyarakat. Oleh sebab itu, apabila ada pemberitaan yang memancing emosi, pertama kali masyarakat diminta tidak terpancing dan langsung melakukan langkah deteksi.
"Kalau ada berita (informasi) yang buat kita terpicu (emosi), pikir dulu sejenak apa ini benar," kata Harry kepada Katadata, Kamis (28/2).
Kedua, masyarakat perlu melihat apakah pesan tersebut merupakan pesan berantai dengan perintah 'sebarkan' atau lainnya. Ketiga, apakah sumber informasi kredibel atau tidak jelas.
Keempat, apabila pesan berasal dari suatu laman berita dalam jaringan apakah media tersebut terdaftar di Dewan Pers. Kelima, menggunakan logika dan akal sehat dalam mencerna informasi yang disebarkan. Serta keenam, mewaspadai apabila informasi datang dari orang yang pernah menyebar hoaks.
Beberapa informasi hoaks memang sempat beredar di dunia maya. Sebut saja video ibu-ibu di Cikarang yang melarang masyarakat memilih salah satu calon dengan alasan yang berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Adapun soal isu Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) bagi warga negara asing (WNA), Mafindo masih menunggu perkembangan informasi dari Kementerian Dalam Negeri.
"Karena yang bermasalah adalah tafsiran sebagian masyarakat yang menyebut TKA dapat mencoblos dengan e-KTP," kata Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho kepada Katadata.
(Baca: Tangkal Hoaks dan Disinformasi, Bawaslu Gandeng Perludem dan Mafindo)
Survei Anggap Jokowi Korban Hoaks
Sementara itu, rilis survei nasional Cyrus Network menyebut 39,6% responden menganggap pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dirugikan akibat berita bohong yang beredar di media sosial. Adapun 18,6% responden menganggap pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno yang banyak diserang hoaks. Sedangkan 41,8% responden tidak menjawab.
Meski demikian CEO Cyrus Network Hasan Nasbi mengatakan, hasil survei tersebut dapat diartikan subjektif lantaran 32,5% responden yang menganggap Jokowi dirugikan merupakan pendukung loyal pasangan 01. Begitu pula dengan 18,6% responden yang menilai Prabowo dirugikan hoaks. Pasalnya, sebanyak 14,1% responden merupakan pendukung mantan Danjen Kopassus tersebut. "Jadi sudah merasa saling dizalimi," kata Hasan di Jakarta, Kamis (28/2).
Survei dilakukan setelah debat pertama, yakni 18-23 Januari 2019 dengan melibatkan 1.230 orang responden. Seluruh responden berusia 17 tahun ke atas dan berada di 123 desa/kelurahan yang ada di 34 provinsi Indonesia. Sedangkan tingkat kepercayaan survei mencapai 95% dengan margin of error 3%. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dan proporsi responden sebesar 50% pria dan 50% wanita.
(Baca: Survei Medsos: Jokowi Korban Berat Hoaks Politik Pilpres 2019)