Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Temu Teknis Penyuluh Pertanian dan Petani Andalan untuk meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia pertanian. Acara dilaksanakan di Tajug Gede Cilodong, Desa Cibungur, Bungursari, Purwakarta, Rabu (27/2). Temu teknis ini mengangkat tema “Temu Teknis Penyuluh dan Petani untuk Mewujudkan Petani Hebat, Maju dan Makmur”.
Hadir dalam acara ini Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro yang mewakili Menteri Pertanian, Dirjen Hortikulttura Suwandi, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Momon Rusmono dan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Hendi Jatnika. Selain itu ada Sekretaris Daerah Purwakarta Ius Permana, dan Kepala Dinas Pertanian Purwakarta Agus R Suherlan, serta 10.000 petani, penyuluh, Santri Tani, siswa SMK Pertanian dan mahasiswa perguruan tinggi pertanian dari lima Kabupaten di Jawa Barat, yaitu Purwakarta, Subang, Cianjur, Karawang, dan Indramayu.
Dalam rangkaian kegiatan dicanangkan gerakan tanam padi gogo 98 Varietas dan pelepasan ekspor buah manggis ke Tiongkok sebanyak 3.010 ton. Kementerian Pertanian juga menyerahkan bantuan senilai Rp 15 miliar berupa benih berbagai komoditas, bibit ayam dan domba, serta berbagai Alat Mesin Pertanian (Alsintan).
Syukur menuturkan pemberian bantuan ini merupakan bentuk apresiasi dari Kementan kepada para petani atas prestasinya dalam mempertahankan swasembada pangan dan yang berkelanjutan. Penyuluh dan petani harus tetap bekerja keras dalam mewujudkan lumbung pangan dunia 2045.
“Penyuluh dan petani harus memiliki daya saing, inovatif dan memberi manfaat lebih luas bagi pembangunan pertanian Indonesia,” katanya.
Syukur menegaskan Temu Teknis Penyuluh Pertanian dan Petani Andalan ini diharapkan akan menginspirasi petani dan santri tani millenial untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia pertanian. Mereka didorong lebih giat mendampingi petani dan menerapkan teknologi dalam mewujudkan swasembasa pangan berkelanjutan.
"Potensi petani milenial dalam peningkatan ekspor pertanian semakin signifikan dan juga peningkatan kesejahteraan petani," tegasnya.
Terkait gerakan tanam padi gogo, Syukur menjelaskan dengan alat mesin pertanian modern, Kementan tidak hanya mengoptimalkan pengembangan lahan pertanian produktif, tetapi juga lahan kering yang mencapai satu juta hektar di seluruh Indonesia.
“Produktivitas padi gogo antara 4 sampai 5 ton per hektar. Umurnya empat bulan. Di Purwakarta sendiri ada 30 ribu hektar potensi lahan kering yang ditanami padi gogo," jelasnya.
Terobosan dan Capaian
Syukur mengungkapkan di era pemerintahan Jokowi-JK, sektor pertanian menjadi sektor prioritas untuk mendongkrak pertumbuhan perekonomian nasional. Pada 2014, Presiden Jokowi melalui Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mereformasi faktor-faktor kritis yang selama ini menghambat percepatan pembangunan pertanian.
Pertama, Menteri Amran merevisi pengadaan benih, alat mesin pertanian dan lainnya awalnya melalui lelang menjadi penunjukan langsung. Alhasil, bantuan turun cepat baik waktu, kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkan petani.
Kedua, melahirkan undang-undang, aalah satunya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Lahan Pertanian Berkelanjutan. UU ini mengatur lahan pertanian tidak boleh digunakan untuk kegiatan ekonomi lainnya.
Ketiga, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga mengubah proses perizinan. Misalnya izin ekspor yang semula membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan, saat ini menjadi hanya tiga jam. Keempat, kata Syukur, perubahan pada alokasi anggaran untuk petani diperbesar. Anggaran yang langsung ke petani dan daerah dari posisi 23 persen, pada 2017 dan 2018 naik menjadi 83 persen. Anggaran ini langsung ditujukan kepada petani dan apabila petani mengalami gagal panen, pemerintah menyediakan asuransi pertanian.
"Petani tidak usah gelisah apabila terkena musibah banjir dan bencana lainnya, untuk petani pangan termasuk di dalamnya peternak sapi. Dalam waktu dekat, asuransi juga berkembang ke komoditas cabai dan bawang," ucapnya.
Dampak dari perubahan kebijakan ini, ekspor pertanian secara nasional naik 30 persen dan ekspor pertanian Provinsi jawa Barat sendiri meningkat 44 persen. Produk Domestik Bruto sektor pertanian secara nasional meningkat 42,5 persen, dan inflasi pangan nasional selama empat tahun turun drastis.
Pemerintah memberikan apresiasi kepada petani dan penyuluh atas capaian tersebut. Penyuluh mendampingi petani, menerapkan teknologi, dan berhasil menggeser petani menjadi petani milenial.
"Indonesia saat ini dijadikan percontohan dunia di dalam melakukan regenerasi petani. Tahun 2019 ini, pemerintah mencanangkan tonggak regenerasi pertanian untuk menuju lumbung pangan dunia 2045 nantinya," ujarnya.
Sebagai penghargaan pemerintah terhadap jasa penyuluh. Di tahun 2017 sebanyak 6.000 penyuluh tenaga harian lepas diangkat menjadi PNS. Pada 2018, sebanyak 17 ribu penyuluh tenaga harian lepas, diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).