PT ABM Investama Tbk menargetkan total produksi batu bara pada tahun ini sebesar 12 juta ton. Target ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu yaitu sekitar 6 juta ton. Target ini didukung dengan pengoptimalisasian fasilitas produksi tambang perseroan.
Direktur Keuangan ABM Investama Adrian Erlangga menjelaskan perusahaannya telah menyiapkan optimalisasi infrastruktur dan peralatan tambangnya. Dengan begitu, produksinya bisa digenjot. Peningkatan produksi juga didukung perencanaan yang matang, demi menjaga keselamatan kerja.
"Karena memang infrastruktur dan alatnya sudah siap. Untuk peningkatan volume dalam operasi tambang juga butuh hati-hati," kata dia, kepada Katadata.co.id, Jumat (22/2). (Baca: Peluang Indonesia Genjot Ekspor Batu Bara ke Tiongkok)
Wilayah tambang milik ABM berlokasi di Aceh melalui PT Mifa Bersaudara dan di Kalimantan Selatan melalui PT Tunas Inti Abadi. Adapun, batu bara ABM paling banyak dieskpor ke Tiongkok sebesar 75%, sisanya diekspor ke India, Vietam, dan Filipina.
Selain itu, perseroan juga telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini sebesar US$ 40-50 juta atau Rp 562 miliar - Rp 700 miliar. Belanja modal ini akan digunakan untuk perawatan infrastruktur penunjang aktivitas pertambangan.
(Baca: Pasokan Batu Bara untuk Domestik 2019 Dinilai Terlalu Tinggi)
Menurut Ardian, anggaran capex tersebut bisa saja berubah sejalan dengan rencana akuisisi wilayah tambang pada tahun ini. Terkait rencana ini, dia belum bisa menjelaskan secara pasti, karena saat ini masih dilakukan uji tuntas (due diligence) dengan perusahaan yang akan diakusisi. Makanya alokasi anggarannya pun belum bisa dipastikan.
"Capex sangat tergantung uji tuntas, karena masih dihitung, tapi lebih banyak untuk kegiatan perawatan," kata dia.