Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan mengevaluasi kinerja mesin partainya setelah Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut suara partai tersebut di basis pemilih muslim turun. Namun, PDIP tetap optimistis mampu memenangkan Pemilihan Legislatif (Pileg) dengan perolehan suara 25%.
Perolehan suara PDIP di basis pemilih muslim pada Januari 2019 sebesar 18,4%. Padahal bulan sebelumnya, PDIP masih memegang elektabilitas sebesar 24,6%. "Ini yang jadi catatan kami untuk tingkatkan pemilih muslim," kata Wakil Sekretaris Jenderal Eriko Sotarduga di Jakarta, Kamis (21/2).
Eriko berharap, penurunan suara ini dapat memecut kerja mesin partai lebih optimal. Sebab, PDIP menargetkan memenangkan Pileg dengan perolehan suara 25%.
Menurut Eriko, suara PDIP yang terlalu tinggi selama ini juga tidak terlalu bagus. Pasalnya, hal itu dapat membuat para kader terlena untuk tidak mengkampanyekan diri ketika Pileg. "Dalam Pemilu ada fluktuasi, ini yang kami harapkan. Ritme pemilu ini harus dijaga," kata Eriko.
Meski turun drastis, PDIP masih unggul di kantong suara pemilih muslim. Selain itu, PDIP juga unggul di empat kantong suara lainnya, yakni pemilih minoritas, milenial, masyarakat berpendapatan rendah, serta perempuan.
Di kalangan pemilih minoritas, elektabilitas PDIP sebesar 54,7%. Suara PDIP di pemilih milenial sebesar 20,1%. Elektabilitas PDIP di pemilih berpendapatan rendah sebesar 22,8%. Sementara, perolehan suara partai berlambang banteng moncong putih itu di pemilih perempuan sebesar 22%.
(Baca: Efek 212, PDIP dan Gerindra Bersaing Ketat di Segmen Pemilih Muslim)
Bersaing Ketat dengan Gerindra
Di kalangan pemilih terpelajar, elektabilitas PDIP masih kalah dibandingkan Gerindra. Perolehan suara PDIP di segmen pemilih tersebut hanya 15,9%. Gerindra memiliki elektabilitas sebesar 23,9%.
Suara Gerindra meningkat signifikan di segmen tersebut pada Januari 2019. Pada Desember 2018, suara Gerindra hanya sebesar 13,6%.
Elektabilitas Gerindra juga meningkat di kalangan pemilih muslim pada periode yang sama. Pada Desember 2018, Gerindra hanya memperoleh suara di basis pemilih muslim sebesar 14,6%.
Elektabilitas Gerindra naik menjadi 16,6% pada Januari 2019. Suara partai berlambang kepala garuda itu terdongkrak karena adanya gerakan Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Menanggapi hal ini, Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria menaruh curiga terhadap hasil survei LSI Denny JA. Menurutnya, setiap lembaga survei memiliki kepentingan tergantung siapa yang membayarnya. "Kalau yang bayar si A tentu akan bergantung pada kepentingan si A," kata Riza.
Meski demikian, dia menghargai dampak positif dari gerakan PA 212 terhadap elektabilitas Gerindra. Riza menilai tidak salah jika gerakan PA 212 mampu mendongkrak elektabilitas partainya.
Lebih lanjut, dia menilai hal wajar jika kalangan terpelajar banyak mendukung Gerindra. Ini lantaran adanya efek ekor jas dari pasangan calon nomor urut 02 yang diusung Gerindra, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Riza mengklaim kalangan terpelajar memilih Prabowo karena dapat mengetahui karakter pemimpin yang jujur. "Memang orang pintar bisa membedakan mana bohong, mana tidak," kata Riza.
(Baca: Efek Ekor Jas Prabowo-Sandi, Gerindra Unggul di Kalangan Terpelajar)