PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mengajukan tambahan kuota ekspor bijih nikel sebesar 1,1 juta ton untuk tahun ini. Anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) ini sedang proses pengajuan Surat Persetujuan Ekspor (SPE) kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan pengajuan SPE tersebut untuk proyek tambang Antam di Tanjung Buli, Maluku Utara. Adapun, saat ini Antam telah memiliki persetujuan ekspor sebesar 3,9 juta ton bijih nikel.
Jika sudah mendapatkan SPE dari Kementerian ESDM, maka total ekspor ore nikel perusahaan tersebut bisa mencapai 5 juta ton. "Jadi kami harapkan kalau itu keluar total ekspor nanti bisa 5 juta ton, kalau tidak ya kembali ke tahun lalu 3,9 per tahunnya," kata dia, di Jakarta, Rabu (20/2). Sedangkan, ekspor feronikel sebesar 30 ribu ton.
(Baca: Antam Eksplorasi Dua Wilayah Tambang Nikel Tahun Ini)
Tahun ini Antam menganggarkan belanja modal (capital expenditur/capex) sebesar Rp 3,4 triliun. Arie menjelaskan jumlah ini tidak jauh berbeda dibandingkan tahun lalu. Bedanya, belanja modal tahun lalu lebih banyak digunakan untuk menyelesaikan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Halmahera timur. Sedangkan, belanja modal tahun ini akan banyak digunakan untuk proyek baru yang akan dibangun.
Dari sisi kinerja, sepanjang tahun lalu total penjualan Antam meningkat hingga 99% menjadi Rp 25,22 triliun. Kontribusi penjualan terbesar adalah emas, yang mencapai 66% atau Rp 16,69 triliun. Jika ditambah dengan perak, total penjualannya menjadi Rp 16,98 triliun.
(Baca: Antam Gagal Dapat Mitra untuk Bangun Smelter di Papua)
Adapun penjualan emas tahun lalu mencapai 27.894 kilogram (kg). Angka itu naik 111% dari tahun sebelumnya yang hanya 13.202 kg. Sedangkan, penjualan perak tahun 2018 sebesar 18.357 kg atau naik dari periode sebelumnya 7.390 kg. Tak hanya emas, penjualan Antam juga berasal dari feronikel sebesar Rp 4,7 triliun. Secara volume, penjualan komoditas ini naik 14% dari 21.878 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada 2017 menjadi 24.135 TNi.
Penjualan bijih nikel pada 2018 sebesar 6,33 juta ton, atau meningkat 115% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 2,93 juta ton. Nilai penjualannya mencapai sebesar Rp 2,98 triliun atau tumbuh 117% dibandingkan periode 2017 sebesar Rp 1,36 triliun. (Baca: Laba Bersih Antam Melonjak 290%)
Kemudian, penjualan bauksit Antam sebesar 920 ribu wmt atau naik sebesar 9% dibandingkan penjualan pada periode 2017 sebesar 838 ribu wmt. Adapun, nilai penjualannya tercatat Rp 459 miliar. Jika ditambah dengan penjualan batu bara menjadi Rp 511 miliar.