Platform perdagangan elektronik diharapkan menjadi andalan pemasaran produk kreatif ke pasar internasional. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menginginkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah bisa melayani pembelian retail oleh konsumen global melalui e-commerce.
Wakil Kepala Bekraf Ricky J. Pesik menuturkan, pelaku e-commerce nasional dan perusahan logistik mengaku siap menyempurnakan ekosistem bisnis kreatif agar bisa menjual produk ke luar negeri secara retail. Tentu dengan syarat, regulasi terkait memungkinkan transaksi semacam ini.
"Kami fokuskan perhatian kepada kinerja ekspor (ekonomi kreatif) yang turun. Jangan tunggu sampai tren turun. Harus sejak sekarang genjot dan tidak secara sporadis," katanya, di Jakarta, Selasa (29/1). (Simak Telaah: Virus Meredupnya Ekonomi Tiongkok yang Mengancam Ekspor Indonesia)
Di dalam Rencana Strategis Bekraf, penjualan produk kreatif ke luar negeri ditargetkan mendulang US$ 21,50 miliar pada 2019. Angka ini memungkinkan tercapai lantaran pada 2016 realisasinya sudah US$ 19,98 miliar.
Namun, imbuh Ricky, nilai tersebut turun terpengaruh penjualan kriya ke Swiss yang melandai pada 2017. Ekspor perlu dipacu guna menahan defisit neraca perdagangan. Pasalnya, ekonomi kreatif (ekraf) diarahkan menjadi kekuatan ekonomi baru pada tahun-tahun mendatang.
Pemerintah juga lebih agresif melakukan pemasaran ke luar negeri. Sekitar 80 persen dari pagu anggaran Bekraf atau sekitar Rp 500 miliar dialokasikan untuk membiayai berbagai program pada tahun ini. Program pemasaran yang dijalankan, contohnya melalui keterlibatan Indonesia sebagai market focus dalam London Book Fair 2019.
"Kami harus menggenjot ekspor ekraf, karena itu anggaran untuk program salah satunya melalui Deputi Pemasaran dialokasikan lebih besar," tutur Ricky. (Baca juga: 2019, Bekraf Optimalkan Pasar Lokal Sembari Genjot Ekspor)
Peningkatan kinerja ekspor merupakan satu dari empat fokus Bekraf dalam mengawal perkembangan bidang ekonomi kreatif pada 2019. Poin lain ialah menyempurnakan distribusi bantuan pemerintah (banper) nontunai maupun permodalan.
(Baca juga: Realisasi Bantuan Pemerintah untuk Ekonomi Kreatif Turun 7,7%)
Selain itu, Bekraf juga menginisiasi manajemen koleksi karya kreatif secara digital. Program ini terutama memfasilitasi karya intelektual musik agar konsumsinya terdata sehingga perhitungan royalti lebih transparan.
Fokus lain ialah terkait World Conference of Creative Economy (WCCE). Bekraf mendorong agar acara yang digagasnya ini menjadi agenda tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).