Sedikitnya 450 judul buku mewakili Indonesia dalam London Book Fair (LBF) pada 12 - 14 Maret 2019. Ratusan karya ini berasal dari 34 pelaku industri penerbitan yang 23 di antaranya adalah penerbit buku, sedangkan sepuluh lainnya produsen produk kreatif.
Laura B. Prinsloo selaku Ketua Harian Panitia Pelaksana Indonesia Market Focus untuk LBF 2019 menuturkan, sejak Indonesia menjadi tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015 sedikitnya 1.200 judul buku terjual untuk diterbitkan oleh penerbit asing.
"LBF tahun ini kami targetkan hak cipta 50 judul buku terjual, dengan fokus pada buku anak," katanya, di Jakarta, Senin (21/1). (Baca juga: Jadi Fokus Perhatian Pameran Buku London, Bekraf Target Jual 50 Judul)
Indonesia merupakan negara yang mendapat sorotan utama dalam London Book Fair. Pasalnya, RI merupakan negara Asia Tenggara pertama yang menjadi market focus bursa buku internasional di London, Inggris ini.
Tema yang akan diusung dalam pameran buku tersebut tetap "17.000 Islands of Imagination" tetapi kali ini lebih menonjolkan elemen air. Konsep ini dituangkan dalam arsitektur gerai Indonesia dalam LBF seluas 400 meter persegi yang menyerupai gelombang air.
Terdapat 12 penulis terpilih yang dinilai merepresentasikan dinamika literasi Tanah Air, merefleksikan keberagaman daerah, agama, genre, usia, kebudayaan, serta produktivitas penulis. Nama belasan penulis ini diumumkan dalam Ubud Writers and Readers Festival pada Oktober 2018.
Mereka adalah Agustinus Wibowo, Clara Ng, Dewi Lestari, Faisal Oddang, Intan Paramaditha, Leila S. Chudori, Laksmi Pamuntjak, Leile S. Chudori, Nirwan Dewanto, Norman Erikson Pasaribu, Reda Gaudiamo, Seno Gumira Ajidarma, dan Sheila Rooswita Putri.
(Baca juga: Ribuan Judul Buku Diminati Asing, Kompetensi SDM Perlu Ditingkatkan)
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan, ajang bursa buku internasional selayaknya menjadi kesempatan untuk menunjukkan kekayaan karya literasi Indonesia yang memiliki kualitas konten tingkat dunia.
"Menjadi market focus LBF akan jadi momentum penting dalam mempromosikan peluang pasar internasional, tidak hanya untuk subsektor penerbitan tetapi juga kolaborasi bersama dengan subsektor berbasis konten lain," tuturnya.
Badan Ekonomi Kreatif tak hanya menampilkan karya dari industri penerbitan buku tetapi juga produk dari subsektor lain. Tercatat ada sepuluh bidang yang turut serta di antaranya kuliner, fesyen, perfilman, seni pertunjukan, komik, serta animasi digital.
Sejumlah profesional terkait masing-masing bidang tersebut didaulat menjadi koordinator. Perancang mode Didiet Maulana menjadi koordinator fesyen, Santhi Serad menangani kuliner, Ekky Imanjaya terkait perfilman, sedangkan Jan Faris Majd untuk gim.
(Baca juga: Model Bisnis Tepat Bantu Penerbit Digital Maksimalkan Cuan)
London Book Fair merupakan ajang global yang fokus memasarkan berbagai hak cipta konten kreatif di bidang cetak, audio, televisi, film, dan jaringan digital lain. Pameran pada tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-48.