Charta Politika: Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Relatif Stagnan

ANTARAFOTO | Puspa Perwitasari
Penulis: Dimas Jarot Bayu
16/1/2019, 18.59 WIB

Elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berdasarkan survei Desember 2018 relatif stagnan. Hal ini terjadi lantaran tidak banyak lagi suara yang bisa diraih oleh kedua pasangan calon ini

Berdasarkan hasil survei Charta Politika, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 53,2% per Desember 2018. Angka ini tidak berubah jika dibandingkan survei pada Oktober 2018.

Sementara itu, elektabilitas Prabowo-Sandiaga mencapai 34,1% per Desember 2018. Jika dibandingkan dengan survei Oktober 2018 sebesar 35,5%, elektabilitas Prabowo-Sandiaga turun 1,4%.

"Kedua pasangan calon suaranya stagnan antara Oktober sampai Desember 2018," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya di kantornya, Jakarta, Rabu (16/1).

Yunarto menilai, stagnasi suara terjadi akibat tak banyak lagi suara yang bisa diraih oleh kedua pasangan calon. Saat ini, responden yang telah memantapkan pilihannya terhadap Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandiaga sebesar 71,4%.

Ada 14,6% responden yang mengaku pilihannya masih bisa berubah. Sementara, sebanyak 14,1% responden tidak menjawab. "Itu angka yang sudah cukup besar. Jadi, ruang gerak memang tidak terlalu besar," kata Yunarto.

Tingginya angka pemilih loyal tersebut karena Pilpres 2019 merupakan pertarungan ulang dari Jokowi dan Prabowo. Sejak 2014, Jokowi dan Prabowo sudah memiliki pendukung fanatiknya. Pilpres 2019 dinilai hanya menguatkan dukungan loyal dari mereka. "Ini rematch dari dua kelompok yang itu-itu saja, yang memang berantem terus-terusan," kata dia.

Faktor kedua yang membuat stagnasi suara terjadi karena pola pemberitaan di media massa terkait isu politik cenderung datar. Media massa saat ini sudah jarang menayangkan berbagai isu-isu kontroversial terkait Pilpres 2019.

(Baca: Debat Pilpres Dianggap Tak Signifikan Beri Efek Elektoral)

Alhasil, momentum bagi setiap pasangan calon untuk menarik atensi dari pemilih yang masih bisa berubah pilihannya (swing voters) atau belum menentukan pilihan (undecided voters) menjadi berkurang. "Faktor lainnya karena memang pemilih yang belum rasional, sehingga belum sensitif terhadap perubahan isu," kata Yunarto.

Charta Politika mengadakan survei pada 22 Desember 2018 - 2 Januari 2019 dengan melibatkan 2.000 responden. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini +/- 2,19 % dengan tingkat kepercayaan 95%. Kontrol kualitas dilakukan terhadap 20% sampel.

Beberapa survei yang dilaksanakan pada periode November-Desember 2018 menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih tetap unggul terhadap Prabowo-Sandiaga. Survei Median pada 4-16 November 2018 menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 47,7% sedangkan Prabowo-Sandiaga 35,5%. Sementara, survei LSI Denny JA pada 5-12 Desember 2018 menunjukkan elektabilitas paslon nomor urut 01 mencapai 54,2% sedangkan paslon nomor urut 02 sebesar 30,6%.

Hasil sigi Indikator pada 16-26 Desember 2018 menunjukkan Jokowi-Ma'ruf unggul dengan elektabilitas 54,9%. Adapun Prabowo-Sandiaga memiliki elektabilitas 34,8%. Alvara Research Center dalam survei 11-24 Desember lalu menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 54,3% dan Prabowo-Sandiaga 35,1%. Adapun survei Y Publica periode 26 Desember-8 Januari 2019 menyebut keterpilihan Jokowi-Ma'ruf mencapai 53,5% sedangkan Prabowo-Sandiaga 31,9%.

(Baca: Elektabilitas Jokowi Unggul 20 %, Keterpilihan Prabowo Menanjak)

Reporter: Dimas Jarot Bayu