CGV Cinemas Akan Hadir di 20 Lokasi Baru Tahun Ini

Arief Kamaludin | Katadata
Suasana pemutaran film Aruna dan Lidahnya di Jakarta, Kamis, (27/09/2018).
Penulis: Dini Hariyanti
8/1/2019, 16.12 WIB

PT Graha Layar Prima Tbk. berencana merambah peluang bisnis sinema di 20 lokasi baru pada tahun ini. Pengelola jaringan bioskop CJ CGV Cinemas ini menargetkan hadir di seratus lokasi pada 2020, baik di Pulau Jawa maupun wilayah lain.

Manael Sudarman selaku Head of Sales and Marketing CJ CGV Cinemas mengatakan, sampai dengan pengujung tahun lalu bioskop yang dikelola Graha Layar Prima mencakup 57 lokasi setara dengan sekitar 300 unit layar.

"Pertumbuhan bioskop kami dua digit. Penyebarannya ke depan akan lebih banyak ke luar Pulau Jawa. Untuk lokasi, masih lebih aman buka di dalam mal," tuturnya kepada Katadata.co.id, Selasa (8/1). (Baca juga: Awal Tahun, Keluarga Cemara dan Dreadout Raup Porsi Layar Terbanyak)

Wilayah luar Jawa yang dibidik contohnya Sumatra, Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Permintaan sebagian besar konsumen di kota besar adalah film mancanegara, sedangkan area selain tier pertama lebih gemar karya sineas nasional.

Manael mengakui bahwa pusat perbelanjaan dan gaya hidup tidak selalu menjanjikan cuan karena tak sedikit pula bisnis ini berakhir gulung tikar. CJ CGV Cinemas mengakali dengan memiliki perusahaan pengelola mal yang rencana bisnisnya matang dan prospektif.

"Kami buka bioskop yang tidak hanya menayangkan film. Kami lebih sebagai penyedia platform hiburan, kami juga selenggarakan kegiatan lain seperti konser," ucapnya. (Baca juga: Menuju 4.000 Layar, Pengusaha Khawatir Bioskop Independen Tergilas)

Graha Layar Prima tidak hanya mengandalkan profit dari margin penjualan tiket. Ada pula bisnis makanan dan minuman ringan yang menawarkan margin menggiurkan hingga 60%. Selain pendapatan dari sinema serta food and beverage (F&B), ada pula jasa manajemen maupun acara dan iklan.

Sejauh ini, perseroan mengaku tak khawatir dengan perkembangan teknologi di industri film. Kehadiran layanan digital seperti video on demand diyakini tak menggangu target bisnis ke depan.

"Itu belum menggantikan bioskop sebetulnya. Menariknya, bioskop itu produk leisure. Dan permintaan leisure ini sedang naik. Menonton bioskop tidak hanya menikmati konten film tetapi ada proses berjalan-jalan ke mal," ujar Manael.

(Baca juga: Film Indonesia Terus Tumbuh, Tak Ada Disrupsi untuk Bioskop)

Ketua Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengutarakan pendapat senada. "Tidak usah khawatir soal teknologi karena itu persentasenya kecil sekali. Orang yang tonton film di ponsel juga tetap ke bioskop," ujarnya saat dihubungi secara terpisah.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menargetkan tercapai sejumlah 4.000 layar sinema pada tahun ini. Realisasi sepanjang tahun lalu sekitar 1.681 layar. Porsi unit layar terbanyak dimiliki Cineplex 21 mengoperasikan 1.003 layar, CJ CGV Cinemas 275 layar, dan Cinemaxx 203 layar. Ada pula sekitar 46 layar independen.