Pemanfaatan internet oleh pelaku bisnis kreatif per 2016 terbanyak di Pulau Jawa mencapai 63,8% dari total 8,2 juta perusahaan. Jaringan maya ini digunakan terutama sebagai medium promosi.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat persentase usaha kreatif yang memanfaatan internet di daerah lain, yaitu Pulau Sumatra (17,46%); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (7,31%); Pulau Kalimantan (5,29%); serta Sulawesi, Maluku, dan Papua (6,19%).
Data Bekraf juga menyebutkan terdapat sembilan medium promosi yang digunakan pengusaha kreatif. Media sosial (53,72%) dan situs daring atau website (28,25%) merupakan saluran pemasaran terbanyak digunakan.
(Baca juga: Saluran Digital Bisa Menghemat 15% Anggaran Iklan)
Analis Teknologi Finansial Bank Indonesia Miftahul Khoiri menuturkan, operasional usaha di bidang ekonomi kreatif (ekraf) sekarang lebih mudah seiring dengan penetrasi internet melalui berbagai platform.
"Dulu, kalau mau berwirausaha harus memiliki toko fisik di lokasi strategis. Tapi sekarang tidak perlu, sekarang sudah mudah sekali (buka toko daring)," ujarnya menjawab Katadata.co.id, Jumat (28/12). (Baca juga: Lebih 90% Usaha Kreatif Berskala Mikro, Pendapatan Kurang Rp 300 Juta)
Survei Bekraf berjudul "Snapshot Promosi Produk Kreatif" menyatakan, medium promosi berbasis internet di Pulau Jawa biasanya digunakan pebisnis kreatif dengan literasi digital tinggi. Berdasarkan sampel di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta diketahui usaha mereka jalankan terkait bidang animasi, film, video, aplikasi, permainan, musik, serta kriya.
Pebisnis di sektor tersebut melihat saluran pemasaran berbasis internet membuat promosi lebih efisien. Pada umumnya, mereka memiliki sumber daya, pemahaman, dan keterampilan memadai tentang berbagai medium digital khususnya media sosial.
Ilustrator Irene Saputra salah satu pelaku ekonomi kreatif yang mengandalkan Instagram untuk memperkenalkan desain dan berbagai produk fesyennya. Tak semata promosi, konten media sosialnya lebih fokus memperlihatkan proses berkarya.
"Saya berusaha memikat hati orang dengan berkarya secara jujur, tidak mau hard selling. Motivasi utama saya berkarya saja. Kalau akan ada yang tertarik dengan karya saya biarkan terjadi secara organik," ujar pendiri jenama Nengiren tersebut.
(Baca juga: Tips Pemasaran Era Digital: Dari Urusan Kata Kunci hingga Influencer)
Ada pula Kreskros, jenama yang dirintis Deasy Esterina ini mengandalkan internet sebagai medium promosi. Pemasaran seluruhnya memanfaatkan situs daring serta media sosial. Produk ini berawal dari sampah kantong plastik diolah menjadi benda fungsional seperti tas, kantong alat tulis, dan dompet.
"(Promosi) kami perbanyak edukasi untuk bangun kesadaran pemanfaatkan sampah. Kami juga kolaborasi dengan desainer atau dengan organisasi, atau Kreskros jadi suvenir kampanye (lingkungan)," ujar Deasy.
Pemasaran berbasis internet yang diterapkan pengusaha kreatif sebagian besar menyasar end user (konsumen akhir). Barang maupun jasa yang mereka jual sekitar 90% mengisi pasar domestik. (Baca juga: BI Targetkan 125 Ribu UMKM Go Online, Bisnis Kreatif Makin Cuan)
Persentase pemanfaatan internet berdasarkan subsektor ekonomi kreatif yang tertinggi adalah desain komunikasi visual mencapai 73,70%. Perangkat informatika memang modal utama bisnis ini, khususnya komputer dengan koneksi internet.