14 Isu Tak Beri Elektoral Signifikan kepada Kandidat Pilpres

ANTARAFOTO | Puspa Perwitasari
Penulis: Dimas Jarot Bayu
7/12/2018, 08.17 WIB

Hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mencatat ada 14 isu selama Pilpres 2019 yang memberikan efek elektoral kepada para kandidat pasangan calon. Meski demikian, efek elektoral tersebut tak signifikan terhadap elektabilitas para kandidat.

"Isu-isu tersebut lebih banyak menjadi sensasi dalam diskursus publik," kata Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar di kantornya, Jakarta, Kamis (6/12).

Dari 14 isu tersebut, sebelas di antaranya memberikan kontribusi elektabilitas kepada pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Isu yang paling mampu mendongkrak efek ke elektabilitas pasangan nomor urut 01 itu adalah kunjungan Jokowi ke Palu, Sulawesi Tengah pascagempa dan tsunami. Isu tersebut memiliki peringkat 25,1%.

Selanjutnya, ada isu penyelenggaraan Asian Games 10,6%, kunjungan Jokowi ke Lombok, NTB ketika gempa 9,2%, dan kasus kabar bohong oleh Ratna Sarumpaet 7,7%. Kemudian, isu tampang Boyolali 3,6% dan pemberian dana bantuan untuk korban gempa Lombok sebesar Rp 2 miliar dari pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 sebesar 2,9%.

Ada pula isu pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 sebesar 1,2%, New Prabowo 1%, janji calon presiden Prabowo Subianto tak akan impor 0,2%, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf 0,2%, dan politik sontoloyo 0,1%. "Survei membaca bahwa kunjungan Jokowi ke gempa Palu dan penyelenggaraan Asian Games yang paling banyak memberikan surplus positif kepada Jokowi.

(Baca: Isu Pembakaran Bendera Untungkan Prabowo-Sandiaga di Media Sosial)

Sementara itu, ada tiga isu yang memiliki efek elektoral kepada pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Isu yang memiliki pengaruh paling besar pada elektabilitas yakni mengenai kunjungan Prabowo ke Lombok pascagempa. Isu tersebut memiliki peringkat 4,2%.

Kemudian, peristiwa pembakaran bendera tauhid di Garut, Jawa Barat menempati peringkat 1,5% dari berbagai isu yang memiliki efek elektoral kepada Prabowo-Sandiaga. Isu lainnya yang memberi efek elektoral ke Prabowo-Sandiaga adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga Rp 15 ribu. Peringkat isu tersebut sebesar 1,2%.

LSI Denny JA mencatat elektabilitas kedua pasang kandidat setelah dua bulan berkampanye masih stagnan. Jokowi-Ma'ruf mendapatkan perolehan suara sebesar 53,2%. Elektabilitas Prabowo-Sandiaga saat ini sebesar 31,2%. Sementara, responden yang belum menentukan pilihannya sebesar 31,2%. "Jokowi-Maruf masih unggul dengan selisih di atas 20% dari Prabowo-Sandiaga," kata Rully.

LSI Denny JA mengadakan survei pada 10-19 November 2018 dengan melibatkan 1.200 responden di Indonesia. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2,9%.

Survei ini dilengkapi dengan riset kualitatif melalui metode diskusi kelompok terfokus, wawancara mendalam, dan analisis media. Selain itu, LSI Denny JA melengkapi data dengan hasil pemantauan media massa dan media sosial.

(Baca: LSI: Mayoritas Pemilih Anggap Ekonomi Stabil, Jokowi-Ma'ruf Unggul)