KPK: Ukuran Korupsi Tak Sama dengan Kanker

ANTARA FOTO/Darwin Fatir
Penggiat anti korupsi melihat spanduk berisikan replika Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik di jalan Andi Pangeran Pettarani, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (16/3).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
6/12/2018, 09.08 WIB

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menilai tingkat korupsi di suatu negara harus dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dirilis Transparency International (TI) setiap tahunnya. Ukuran korupsi di suatu negara tak bisa disamakan dengan penyakit kanker, sebagaimana yang disampaikan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.

"Ukuran korupsi itu beda dengan ukuran penyakit kanker, stadium satu, dua, tiga, empat," kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarief di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (5/12).

Laode mengakui jika Indonesia masih menjadi negara yang dijangkiti korupsi. Hanya saja, tingkat korupsi di Tanah Air masih lebih baik dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Saat ini, skor IPK Indonesia sebesar 37. Skor IPK tersebut, kata Laode, lebih baik dibandingkan Thailand dan Filipina. "Kita nomor tiga di ASEAN," kata Laode.

Karenanya, Laode tak sepakat jika korupsi di Indonesia disebut sudah seperti kanker stadium empat. Dia menyarankan berbagai pihak untuk menggunakan tolok ukur IPK ketika mengukur tingkat korupsi di Indonesia.

Jangan menggunakan standar yang tak pernah dipakai untuk mengukur tingkat korupsi di suatu negara. "Lebih bagus kita pakai standar yang CPI (Corruption Perception Index)," kata Laode.

(Baca: Jokowi: Keberhasilan Antikorupsi Tak Bisa Diukur dari Banyaknya OTT)

Prabowo sebelumnya menyebutkan bahwa korupsi di Indonesia seperti kanker stadium empat. Karena itu, Indonesia sudah masuk kondisi darurat korupsi.

Dia mendasarkan pada banyaknya pejabat negara, anggota dewan, menteri, hingga hakim tertangkap KPK. “Isu utama di Indonesia sekarang adalah maraknya korupsi yang menurut saya sudah seperti kanker stadium empat,” ujar Prabowo dalam 'The World in 2019 Gala Dinner' yang diselenggarakan The Economist di Hotel Grand Hyatt Singapura, Selasa (27/11).

Karena maraknya korupsi, Prabowo menilai angka kemiskinan rakyat Indonesia meningkat. Sementara itu, para elite justru hidup berkecukupan.

(Baca: Bantah Prabowo Soal Korupsi, Jokowi: Kalau Bicara Pakai Data)