Kontraktor proyek jalan dan jembatan di segmen V Trans Papua, PT Istaka Karya (Persero) belum dapat memastikan jumlah pekerjanya yang menjadi korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKP). Hal ini dikarenakan proses evakuasi korban maupun pantauan kondisi di lapangan masih dilakukan, sehingga hasilnya baru akan diketahui setelah seteluruhnya rampung.
Direktur Utama Istaka Sigit Winarto menyatakan pihaknya belum bisa memastikan jumlah korban akibat peristiwa tersebut. Sebab, dari beberapa informasi yang beredar, total hanya 28 pekerja yang disinyalir menjadi korban. Sedangkan 8 orang lainnya kabur dan selamat dari kejadian nahas tersebut. Hal ini berbeda dari informasi yang sempat menyebar di media sebelumnya yang menyebut jumlah korban berjumlah 31 orang.
"Jumlahnya akan dikonfirmasi kembali," kata Sigit dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (4/11).
(Baca: Pemerintah Setop Sementara Pekerjaan Jembatan Trans Papua)
Sigit mengatakan mayoritas pekerja proyek berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Pekerja tersebut disebutnya menguasai teknis dan lapangan untuk proyek pembangunan jalan Trans Papua. Namun terkait identitas lengkap, menurutnya nanti akan diberikan setelah semuanya berhasil dievakuasi ke kota terdekat yakni Wamena.
"Yang paling utama adalah evakuasi ke Wamena dulu," kata dia.
Sigit pun mengakui, sepajang waktu pengerjaan proyek, pihaknya memanng pernah sesekali mengalami gangguan keamanan dari sejumlah warga lokal. Namun hal tersebut menurutnya hanya berlangsung sesaat, setelah dapat diselesaikan dengan bernegosiasi bersama masyarakat.
Terkait keamanan pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono juga mengaku telah bertemu dengan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto. Menurutnya, TNI siap mengirim pasukan ke Papua untuk memeriksa wilayah yang menjadi titik lokasi penembakan.
"Dua jam lalu telah dikirim pasukan," kata Basuki.
(Baca: Menteri PUPR Jamin Proyek Jalan Papua dan Kalimantan Tak Naikkan Impor)
Pekerjaan Trans Papua yang menantang dari segi fisik maupun keamanan menurutnya melibatkan Batalyon Zeni Tempur TNI. Namun dia meyakinkan keterlibatan TNI saat ini diperlukan terutama saat pembukaan jalan pada medan yang berat saja. Sedangkan ketika jalan sudah terbuka, baru kemudian bisa dilanjutkan oleh pihak kontraktor.
"ini kelihatannya karena aman (tidak ada aparat), tapi saya belum bisa jawab," katanya.
Atas kejadian penembakan ini, Kementerian PUPR pun memutuskan menghentikan sementara seluruh pembangunan jembatan di wilayah segmen V Trans Papua. Namun Basuki meyakini penundaan itu tidak berdampak pada target penyelesaian proyek jalan Trans Papua pada 2019 mendatang.
"Karena ini bukan jembatan besar dan memang kondisi kahar (force majuer)," katanya.