Pasangan kandidat nomor urut 01 dalam Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin, disarankan hadir dalam Reuni 212 yang akan digelar Minggu (2/12). Kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh Jokowi untuk memperbaiki citranya di kalangan calon pemilih muslim.
Reuni 212 mengundang pasangan Jokowi-Ma'ruf untuk melengkapi pasangan kandidat nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang lebih dulu diundang oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212. PA 212 juga mengundang tokoh lainnya, seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, Jokowi perlu menghadiri undangan Reuni 212 untuk menjelaskan berbagai tuduhan yang disematkan kepadanya. Selama ini, Jokowi kerap dianggap sebagai pemimpin anti-Islam dan mengkriminalisasi ulama.
Menurut Pangi, kehadiran Jokowi dapat mengembalikan citranya yang selama ini terpuruk akibat tuduhan tersebut. "Kalau Jokowi datang memberikan arahan dan pendapat beliau tentang yang selama ini dituduhkan, saya pikir akan menjadi citra positif bagi Jokowi," kata Pangi, di Jakarta, Jumat (30/11). Terlebih, jika Prabowo tak hadir dalam acara tersebut. Pangi menilai Jokowi dapat menaikkan elektabilitasnya jika hal itu terjadi.
Sebaliknya, Prabowo akan rugi jika hadir dalam Reuni 212. Pasalnya, masyarakat akan menuding Reuni 212 ini akan digunakan untuk kepentingan politik Prabowo. Apalagi, ada beberapa anggota PA 212 yang saat ini mendukung atau bahkan tergabung dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. "Kalau Pak Prabowo yang datang, terkesan ini panggungnya Prabowo disiapkan oleh tim mereka sendiri," kata Pangi.
(Baca: Prabowo-Sandiaga Bakal Jadi Tamu Kehormatan di Reuni Aksi 212)
PA 212 mengundang pasangan Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandiaga dalam Reuni 212 untuk menepis tudingan bahwa kegiatan tersebut didomplengi kepentingan politik. Juru Bicara PA 212 Novel Bakmumin mengatakan, acara yang bakal dihelat di Monumen Nasional (Monas), Jakarta tersebut murni sebagai gerakan moral untuk membela agama Islam.
Bahkan, PA 212 hanya akan membolehkan peserta aksi untuk menggunakan baju putih saat datang ke Reuni 212. Atribut yang dibolehkan untuk dibawa peserta aksi adalah bendera Indonesia dan bendera bertuliskan kalimat tauhid.
Segala atribut lainnya, apalagi yang berkaitan dengan partai politik tertentu akan dilarang. Novel pun mengatakan, tidak ada agenda orasi politik selama Reuni 212 berlangsung. "Semua rundown tidak ada berkenan dengan kepentingan politik sedikit pun," kata Novel.
Novel mengatakan, narasi yang akan dibawa dalam Reuni 212 adalah menuntut pemerintah untuk mengadili pihak-pihak yang dituding menista agama. Salah satunya adalah pembakar bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut, Jawa Barat.
Pembakar bendera bertuliskan tauhid tersebut tak diadili dengan baik oleh polisi. Ini lantaran pembakar bendera hanya dihukum beberapa hari dan didenda Rp 2.000, kemudian dilepaskan.
Menurut Novel, hal tersebut tidak sesuai dengan harapan umat Islam. "Maka kami meminta untuk pemerintah melek, peduli. Apa perlu setiap permasalahan kami turunkan massa sampai berjuta-juta?" kata Novel.
(Baca: Alumni 212 Minta Polisi Tak Halangi Reuni Unjuk Rasa)