Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf akan Optimalkan Penyampaian Kinerja Ekonomi

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi dan Ma\'ruf Amin serta Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat mengikuti rapat Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Capres dan Cawapres Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9/2018). \
Penulis: Dimas Jarot Bayu
28/11/2018, 19.16 WIB

Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan mengoptimalkan penyampaian data capaian hasil pembangunan yang dilakukan pemerintah selama empat tahun terakhir. Strategi tersebut disiapkan untuk mendongkrak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf yang merosot lantaran isu ekonomi dan kesejahteraan masih menjadi permasalahan yang mendominasi benak publik.

Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Basarah mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia selama pemerintahan Jokowi memang dinamis dan fluktuatif. Hanya saja, Basarah mengklaim fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat.

Ini karena figur pemerintahan yang direpresentasikan Jokowi tidak korupsi dan mementingkan kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Hal tersebut berbeda dengan Indonesia di era Orde Baru di bawah Presiden kedua RI Soeharto.

Menurutnya, fundamental ekonomi zaman Orde baru terpusat pada kroni-kroni Soeharto. "Kalau semangat penyelenggara negaranya dalam hal ini presiden adalah figur yang korup, ingin memperkaya diri sendiri, dan menguntungkan golongannya sendiri, saya yakin fundamental ekonomi demikian akan hancur," kata Basarah di Megawati Institute, Jakarta, Rabu (28/11).

Dengan modal dasar tersebut, Basarah pun menilai banyak capaian pembangunan ekonomi Indonesia yang sudah jauh lebih baik. Namun, informasi terkait capaian ekonomi tersebut belum tersampaikan kepada publik dengan baik karena belum optimalnya kerja humas dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintah. Karenanya, TKN Jokowi-Ma'ruf akan mengoptimalkan penyebaran data informasi terkait capaian ekonomi pemerintah saat ini.

Lebih lanjut, Basarah meminta kepada seluruh pemangku kepentingan di kementerian dan lembaga untuk melaksanakan fungsinya dengan baik. "Agar hasil pembangunan yang telah dicapai oleh Pak Jokowi itu pesannya sampai kepada masyarakat luas," kata Basarah.

Juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf lainnya, Arif Budimanta, menilai pemerintah akan bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi harapan masyarakat terkait kondisi ekonomi dan kesejahteraan. Kinerja pemerintah bakal lebih terfokus dan serius terhadap masalah yang dialami masyarakat.

Arif mengatakan, saat ini masalah ekonomi yang ada di masyarakat lebih terfokus pada isu stabilitas harga sembako, lapangan pekerjaan, dan kemiskinan. "Sehingga secara natural perubahan (kondisi ekonomi) itu memang dirasakan oleh masyarakat," kata Arif.

(Baca: LSI: Mayoritas Pemilih Anggap Ekonomi Stabil, Jokowi-Ma'ruf Unggul)

Survei Median

Sebelumnya, hasil survei Median menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 47,7%. Angka tersebut hanya selisih 12,2% dibandingkan dengan perolehan suara pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebesar 35,5%.

Direktur Eksekutif Median Rico Marbun mengatakan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih di bawah 50% lantaran masalah ekonomi dan kesejahteraan mendominasi benak publik. Sebanyak 48,9% responden menyatakan, masalah tersebut sangat penting diselesaikan pemerintah.

Jika dirinci, masalah yang menjadi perhatian responden adalah ekonomi dan kemiskinan 26,2%, lapangan pekerjaan 9,4%, harga sembako 7,7%, dan utang negara 1,6%. Lalu, tenaga kerja asing 1,2%, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) 1%, stabilitas rupiah 0,7%, subsidi listrik 0,5%, bantuan tidak tepat sasaran 0,3%, dan Upah Minimum Regional 0,2%.

Median mengadakan survei pada 4-16 November 2018 dengan melibatkan 1.200 responden di Indonesia. Survei Median dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2,9% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Kontrol kualitas dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.

(Baca: Jarak Elektabilitas Jokowi vs Prabowo Menipis 12,2% karena Isu Ekonomi)