Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menghadapi sejumlah kendala dalam investigasi kasus jatuhnya pesawat Boeing 737-8 MAX milik maskapai Lion Air di Tanjung Karawang. Tantangan tersebut mulai dari jumlah sumber daya manusia (SDM) yang terbatas hingga ketiadaan fasilitas penyimpanan bagian pesawat yang ditemukan.
Hal tersebut terungkap dalam rapat KNKT dengan Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (RI), di Jakarta, Kamis (22/11). Dari bahan rapat yang didapat Katadata, KNKT mengatakan, lembaga tersebut hanya memiliki 10 orang investigator penerbangan untuk menangani kecelakaan. KNKT juga menyatakan ketiadaan fasilitas penyimpanan bagian pesawat yang ditemukan.
"Boeing 737-8 MAX merupakan pesawat baru dan (menggunakan) sistem digital maka kami memerlukan waktu untuk mempelajari sistem pesawat," demikian keterangan KNKT, seperti dikutip dari pernyataan tersebut.
Selain itu, lembaga investigasi penyebab kecelakaan tersebut juga membutuhkan bantuan sejumlah institusi lain dalam penanganan kecelakaan besar. Beberapa institusi yang membantu KNKT, antara lain Kementerian Perhubungan, Badan Search and Rescue National (Basarnas) hingga Tentara Nasional Indonesia (TNI) turun tangan dalam proses evakuasi badan pesawat JT-610. "Khususnya mengenai fasilitas kapal, tenaga penyelam, bahan bakar, dan lain-lain," lanjut keterangan KNKT.
Hingga saat ini KNKT telah melakukan beberapa hal, seperti pengumpulan data perawatan pesawat dan pelatihan awak. Selain itu, komponen sensor Angle of Attack (AoA) pesawat Lion Air yang dilepas di Bali akan diperiksa di Minneapolis, Amerika Serikat (AS). "Dan akan diperiksa di stasiun perbaikannya di Florida," ujar KNKT.
(Baca: Boeing Terbitkan Buletin Manual untuk Atasi Masalah Angle of Attack)
KNKT juga masih dalam proses mencari komponen penerbangan lain di Laut Jawa dengan berbagai peralatan, seperti high resolution side scan sonar, sub bottom profiling, magneto, penyedotan lumpur, dan work class ROV. Lokasi jatuhnya pesawat yang dekat dengan pipa minyak Pertamina juga membuat KNKT membutuhkan kapal dengan dynamic positioning. "Perlu persiapan tidak sederhana dan waktu beberapa hari," kata KNKT.
Pada 28 November nanti, KNKT akan menerbitkan laporan awal (preliminary report) jatuhnya JT-610. Selain itu hasil investigasi sementara akan diberikan kepada keluarga korban pesawat tersebut. Kecelakaan ini juga menjadi yang pertama terjadi pada Boeing 737-8 MAX. Oleh sebab itu, perlu simulator penerbangan dengan pemahaman algoritma lebih lanjut di fasilitas Boeing, Seattle. "Simulator diperlukan untuk merekonstruksi penerbangan dan melihat dampak atas kecelakaan yang terjadi," ujar KNKT.
(Baca: Tragedi Pesawat JT-610, Telunjuk Mengarah ke Boeing dan Lion Air)