Sifat barang yang tak hanya fungsional tetapi juga collectable menjadi konsep yang diusung sebagian pebisnis kriya. Gulaliku dan UD Ester Mandiri merupakan salah satu yang memproduksi benda kerajinan tangan dengan konsep ini.
Jenama kriya Gulaliku memilih kalendar, jam meja, pigura foto, dan kotak tempat alat tulis sebagai produk kerajinan tangan yang diyakini mewakili aspek fungsional dan collectable tersebut. Furnitur dekoratif ini tampil natural yang tampak dari bahan baku dan warnanya.
Pendiri Gulaliku Faisal Azmi menyatakan, furnitur dekoratif rancangannya mampu mewakili sisi fungsional dan collectable alias bersifat sebagai barang koleksi. Guna memperkuat nilai koleksinya, produk Gulaliku memilih kayu sebagai bahan baku utama.
"Contonya jam meja kami. Produk ini tidak hanya sebagai dekorasi tetapi ada nilai artistik tersendiri. Berbahan kayu dan dengan warna alami kayu. Desainnya, kami berusaha membuat yang melihatnya ikut merasakan nilai itu," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (7/11).
(Baca juga: Sebelum Membuat Rencana Bisnis Pastikan Punya Tiga Hal Ini)
Gulaliku hadir sejak 2014 tetapi baru fokus memproduksi furnitur dekoratif pada 2016. Jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku ialah pinus, jati, dan sungkai. Penggunaan kayu buangan justru menjadi nilai tambah bagi jenama kriya ini.
Gagasan memproduksi jam meja, pigura berbentuk miniatur kamera polaroid, dan kotak kayu tempat alat tulis berangkat dari minat personal Faisal. Menurutnya, benda dekoratif ini memiliki aspek fungsional tetapi cocok pula ditampilkan sebagai barang koleksi.
Faisal mencontohkan, digitalisasi teknologi yang mendisrupsi gaya hidup masyarakat termasuk cara menikmati dokumentasi foto. Kebiasaan menikmati foto dalam lembar cetak lambat laun menjadi langka. Hal ini menginspirasi Gulaliku untuk menghadirkan produk dekoratif pigura foto polaroid.
"Saya memulai dari pengamatan diri sendiri. Saya butuh apa di rumah, di ruang kerja. Meskipun sekilas produk kami hanya barang pelengkap tetapi bisa menjadi kebutuhan primer kalau kami dapat konsep dan target pasar yang pas," tuturnya.
Saat ini rerata volume produksi Gulaliku setiap bulan mencapai 500 unit untuk masing-masing jenis produk. Harga yang ditawarkan bervariasi mulai dari Rp 100.000 sampai dengan Rp 500.000 ke atas. Omzet yang diraup, imbuh Faisal, berkisar Rp 20 juta.
Konsumen Gulaliku terbanyak berasal dari ibu kota. Faisal mengaku hendak memperluas pasar atas produk-produknya terutama ke luar negeri. "Jepang terutama. Karena konsep gaya hidup minimalis dan natural yang diusung Gulaliku ini Jepang banget," ucapnya.
(Baca juga: Empat Aspek yang Harus Ada Dalam Rencana Bisnis)
Pada sisi lain, ada pula pebisnis kriya dengan konsep serupa dengan Gulaliku. UD Ester Mandiri milik La Aji Lukas menawarkan produk kerajinan tangan dekoratif pula tetapi dengan fungsi dan nilai artistik yang berbeda.
Kriya yang dibuat Lukas berbentuk kotak. Setiap rangkaian produk kerajinan tangan berbahan kayu pohon kelapa ini terdiri dari enam bagian terpisah. Masing-masing memiliki desain dan kegunaan yang berbeda.
"Satu set ada enam kotak (berbahan kayu kelapa) yang bisa berfungsi macam-macam. Tempat alat tulis, asbak, maupun kota penyimpan serbaguna lain. Produk kami multifungsi," kata Lukas kepada Katadata.co.id secara terpisah.
Dia mulai membuat produk kerajinan tangan dari kayu kelapa tersebut sejak 2006. Bagian pohon yang digunakan mulai dari bawah sampai 12 meter ke atas. Bahan baku yang diolah terbatas pada kayu kelapa buangan alias sisa produksi furnitur.
UD Ester Mandiri kini memproduksi sedikitnya 40 set kotak multifungsi berbahan kayu kelapa per bulan. Harga yang dibanderol mulai dari Rp 450.000 per rangkaian. Selain pasar domestik, produk kerajinan tangan ini juga sudah merambah ekspor, seperti Belanda dan Perancis.
(Baca juga: Periode Merintis Bisnis, Saat Tepat Membangun Kultur Perusahaan)
Walaupun sesama kriya tetapi Gulaliku dan UD Ester Mandiri memiliki strategi pemasaran berbeda. Faisal mengutarakan, furnitur dekoratif buatannya mengandalkan marketplace digital, seperti Bukalapak dan Tokopedia, plus promosi via media sosial.
Namun, UD Ester Mandiri memilih bekerja sama dengan berbagai galeri dan toko kriya untuk memasarkan produknya. Lukas menyatakan, sekitar 80% kerajinan tangan yang dibuat didistribusikan dengan cara demikian mengingat konsumen utama yang dibidik adalah wisatawan.