Pesawat Boeing 737 Max 8 ̶ tipe yang digunakan Lion Air pada penerbangan JT 610 dan jatuh di perairan Karawang ̶ ternyata memiliki riwayat masalah mesin. Masalah itu sempat membuat Boeing menangguhkan uji terbang pesawat tersebut pada tahun lalu.
Diberitakan Reuters pada 11 Mei 2017, Boeing Co menemukan ada masalah pada mesin 737 Max yang dipasok oleh CFM International. Perusahaan ini merupakan patungan antara General Electric (GE) asal Amerika Serikat dan Safran dari Prancis.
Anak perusahaan Lion Air, Malindo Air, adalah maskapai pertama di dunia yang menerima pesawat tersebut. Boeing bersikeras untuk tetap mengirimkan pesawat seharga US$ 110 juta itu tepat waktu. Sebab, sebagian besar pembayaran baru diterima jika pesawat sudah sampai di tangan pembeli.
Bagaimanapun, laporan Flight Global menunjukkan adanya keterlambatan operasional oleh Malindo Air. Rencananya, 737 Max akan digunakan pertama kali pada penerbangan Malindo Air dari Kuala Lumpur ke Singapura pada 19 Mei 2017. Namun, pesawat itu baru terbang perdana pada 22 Mei dengan nomor penerbangan OD803.
(Baca juga: Kronologi Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610 Jakarta – Pangkal Pinang)
Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Tanjung Pinang. Pesawat tersebut baru diperoleh Lion Air pada Agustus 2018 lalu dan mencatatkan sekitar 800 jam terbang.
Terkait kecelakaan ini, pihak Boeing pun menyatakan duka cita yang mendalam. Boeing juga berkomitmen untuk bekerja sama dengan Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) untuk penyelidikan lebih lanjut.
“Sesuai dengan protokol internasional, semua data terkait kecelakaan penerbangan akan disampaikan langsung kepada KNKT,” demikian dikutip dari pernyataan resmi Boeing.