Diminati Milenial, Target Kontribusi Ekonomi Kreatif Rp 1.105 Triliun

ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Jefri Tarigan
Menteri BUMN Republik Indonesia Rini Soemarno (kanan) bersama Presiden Direktur PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PT DI) Elfien Goentoro (kedua kanan), Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf (kedua kiri) dan Dirut Telkom Alex Sinaga (kiri) melihat replika pesawat buatan PT DI usai meresmikan Paviliun Indonesia pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10). Paviliun Indonesia memamerkan kebudayaan Indonesia kepada seluruh peserta Pertemuan Tahunan IMF-Worl
Penulis: Rizky Alika
23/10/2018, 16.07 WIB

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menargetkan nilai ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun ini mencapai Rp 1.105 triliun. Angka tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Secara rinci, nilai ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar Rp 852,56 triliun pada 2015, kemudian meningkat menjadi Rp 922,59 triliun pada 2016. Tahun selanjutnya, nilai ekonomi kreatif Rp 1.009 triliun. (Baca juga:  Bekraf Bidik PDB Ekonomi Kreatif Rp 1.200 Triliun pada 2019)

Dibandingkan dengan sektor lain, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional mencapai 7,57 persen pada 2017. Sumbangan tersebut meningkat dari 2015 sebesar 7,39 persen dan 2016 sebesar 7,44 persen. Melihat perkembangan tersebut, ekonomi kreatif sebagai model ekonomi baru yang berkelanjutan diharapkan menjadi tulang punggung ekonomi di kemudian hari

Menurut dia, sektor ekonomi kreatif semakin diminati oleh generasi millenial, terutama bagi para pencari kerja. “Ini sektor pencari kerja baru, terutama pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil tinggi minatnya terhadap ekonomi kreatif. Paling tinggi,” kata Triawan dalam Konferensi Pers 4 Tahun Kinerja Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (23/10).

Secara keseluruhan, tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif juga terus meningkat dari semula 15,9 juta orang pada 2015 menjadi 16,9 juta orang pada tahun berikutnya, kemudian pada 2017 sebanyak 17,4 juta orang. Pada tahun ini, Badan Ekonomi Kreatif menargetkan jumlah tenaga kerja menjadi 18,1 juta orang.

Namun demikian, pertumbuhan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif melambat dari 2015 sebesar 5,22 persen menjadi 3,23 persen pada 2016. Kemudian pada 2017 tumbuh sedikit di 3,23 persen. Pada tahun ini, pertumbuhan tenaga kerja diperkirakan 3,72 persen.

Dari jumlah tersebut, kontribusi tenaga kerja terhadap tenaga kerja nasional mencapai 14,28 persen pada 2016 dan 13,74 persen pada 2017. Sementara kontribusi pada tahun 2015 sebesar 13,90 persen.

Di sisi lain, kontribusi ekspor sektor ekonomi kreatif juga meningkat. Pada 2015, sumbangan devisa dari sektor ini mencapai US$ 19,3 miliar. Tahun berikutnya, kontribusi devisa meningkat menjadi US$ 19,99 miliar dan US$ 21,5 miliar pada 2017. Tahun ini, pemerintah memproyeksikan kontribusinya US$ 22,6 miliar.

Jumlah tersebut menyumbang terhadap ekspor nasional sebesar 12,88 persen pada 2015,13,77 persen pada 2016, dan 15,93 persen pada tahun lalu. Guna meningkatkan nilai ekspornya, Badan Ekonomi Kreatif mendorong sejumlah sektor untuk memasuki pasar global, khsusunya ke negara yang menjadi kontribusi terbesar ekspor ekonomi kreatif.

Triawan juga menilai ekonomi kreatif harus menjadi penyeimbang antara dunia analog dan digital, seperti pada segmen film. “Tiga tahun belakang ini kami bisa seimbangkan perkembangan pesat antara analog nonton bioskop dan film di ponsel yang pertumbuhannya luar biasa,” ujarnya.

(Baca juga: Pendanaan Film, Produser Mira Lesmana Belum Pernah Dibiayai Bank)