PT Pertamina (Persero) akan menyulap dua kilang bahan bakar minyak (BBM) tua untuk memproduksi bahan bakar greendiesel yang 100% berasal dari minyak kelapa sawit. Indonesia belajar dari perusahaan energi Italia, ENI SpA untuk menerapkan teknologi baru pada kedua kilang tersebut.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Sumarno mengatakan, ENI SpA memiliki kilang untuk mengolah minyak mentah menjadi BBM yang berdiri sejak 1935. Kilang tersebut dikonversi pada 2014 dan mulai memproduksi greendiesel B100 sejak 2015. Kualitas greendiesel tersebut lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar solar.
"Ada dua kilang dari Plaju dan Dumai yang kami kaji untuk menjadi kilang pengolah greendiesel dengan bahan baku kelapa sawit," kata Rini dalam konferensi pers di Indonesia Investment Forum 2018 yang merupakan rangkaian kegiatan Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia, di Bali, Selasa (9/10).
Kilang BBM Plaju yang dibangun pada 1930-an dengan kapasitas 125 ribu barel per hari dan kilang BBM Dumai dengan kapasitas 170 ribu barel per hari perlu diperbaiki untuk mengoptimalkan produksinya. "Kami perbaiki untuk lebih modern, bahkan bisa mengkonversi minyak sawit jadi solar B100," kata Rini. Ia menilai, potensi kedua kilang tersebut untuk memproduksi greendiesel sangat besar karena di Sumatra pasokan kelapa sawit melimpah.
(Baca: Dua Pekan Diluncurkan, Realisasi B20 Telah Mencapai 80%)
Pada 21 September lalu, PT Pertamina (Persero) dan ENI SpA telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama terintegrasi di sektor hilir, untuk mengembangkan kilang ramah lingkungan dan peluang kerja sama di bidang minyak dan gas (migas), maupun produk lainnya. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, kerja sama ini menjadi komitmen Pertamina untuk menyediakan bahan bakar ramah lingkungan. Selain itu, perseroan ingin mengoptimalkan sumber daya alam domestik untuk menciptakan bahan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.
"Kerja sama dengan ENI dalam rangka pengembangan kilang ramah lingkungan ini juga sejalan dengan komitmen Pertamina dalam menjalankan program penyaluran B20 dari pemerintah," ujar Nicke, dalam siaran pers 21 September lalu.
Selain bekerja sama dengan ENI, Pertamina juga akan bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk program ini. PTPN akan menjadi pemasok minyak kelapa sawit bagi kilang tersebut. Dengan demikian, bahan bakar yang dijual harganya akan terjangkau.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto, implementasi program pencampuran biodiesel 20% ke BBM solar (B20) telah berjalan 80%. Beberapa perusahaan masih terkendala sistem pengangkutan dan distribusi yang terbatas dalam penerapan B20 ini. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 41 Tahun 2018, badan usaha yang tidak menjalankan aturan ini akan dikenai sanksi denda sebesar Rp 6 ribu per liter.
(Baca: Adaro Gandeng Pertamina Penuhi Kebutuhan 50 Juta Liter B20 per Bulan)