Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk Agus Pangestu memastikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa unit 9 dan 10, sejauh ini masih berlangsung. Hal itu terkait dengan rencana pemerintah dalam menjadwalkan ulang proyek-proyek infrastuktur, termasuk pembangkit listrik.
Agus mengungkapkan pihaknya sempat dipanggil oleh pemerintah untuk membahas soal proyek pembangkit berkapasita 2 x 1.000 megawatt (MW) ini. "Kenyataannya, memang ada presentasi proyek itu (PLTU Jawa 9 dan 10) di-hold, itu ada. Tapi kami sampai sekarang belum terima surat penundaan," kata Agus di kantornya, Jakarta, Kamis (13/9).
Agus mengatakan, pihaknya pun siap mengikuti instruksi pemerintah apabila proyek ini harus ditunda. Proyek ini sebenarnya cukup penting bagi Barito Pacific. Namun, bukan berarti bisnis perseroan akan mati apabila proyek ini tertunda.
(Baca: Investor Minta Kepastian Proyek Listrik yang Ditunda)
Pembangunan proyek pembangkit yang diperkirakan menghabiskan biaya investasi hingga US$ 3,1 miliar atau sekitar Rp 45 triliun ini masih berjalan sesuai rencana. Targetnya proyek ini dapat rampung dan mulai beroperasi pada 2023.
Pengerjaannya dilakukan oleh anak perusahaan Barito Pacific, yang baru diakuisisi pada Juni lalu, yaitu Star Energy. Perusahaan ini membangun proyek tersebut dengan membentuk usaha patungan (joint venture) bersama anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), yaitu Indonesia Power. Persentase kepemilikan Star Energy di dalam proyek ini sebesar 49%, sisanya dipegang oleh Indonesia Power.
Proyek ini rencananya bisa memulai tahap konstruksinya setelah secara keputusan akhir pendanaannya (financial closing) selesai pada pertengahan 2019. Adapun, Star Energy sudah menunjuk kontraktor rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering, procurement, and construction/EPC).
(Baca: Proyek 35 GW Dipangkas, PLN Tetap Bangun Pembangkit Energi Terbarukan)
Barito Pacific sendiri sepanjang Semester I-2018 membukukan pendapatan bersih konsolidasi sebesar US$ 1,5 miliar atau meningkat sebesar 27,9% dibanding periode yang sama tahun lalu. Pendapatan bersih tersebut disumbang dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk meningkat sebesar 7,6% dari US$ 1,19 miliar di Semester I-2017, menjadi US$ 1,28 miliar. Hal ini mencerminkan realisasi harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi, terutama dari penjualan Ethylene dan Polyethylene.
"Pendapatan juga disumbang dari Star Energy sebesar US$ 260 juta untuk pendapatan bersih Semester I-2018 kami, yang termasuk kontribusi dari aset panas bumi Salak dan Darajat yang diakuisisi pada Maret 2018," kata Agus.
(Baca: Barito Pacific Targetkan Kontribusi Laba 50% dari Star Energy)