Survei: #2019GantiPresiden Genjot Elektabilitas Prabowo-Sandi

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Massa menggunakan atribut #2019GantiPresiden mengintimidasi mereka yang menggunakan kaus #DiaSibukKerja di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (29/4/2018).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
6/9/2018, 10.43 WIB

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mencatat gerakan #2019GantiPresiden berpengaruh positif dalam menggenjot elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dari kalangan pengguna media sosial. Namun, pasangan calon presiden-calon wakil presiden perlu mewaspadai isu negatif terhadap gerakan ini.

Dalam survei terakhir LSI Denny JA, elektabilitas Prabowo-Sandiaga di antara responden pengguna media sosial mencapai 39,5%, sementara di kalangan bukan pengguna media sosial hanya 25,5%. "Di kalangan bukan pengguna media sosial itu jomplang sekali," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa di kantornya, Jakarta, Rabu (5/9).

Tingkat kesukaan publik terhadap gerakan tersebut mencapai 55,04% atau naik tipis dibandingkan survei serupa yang dirilis LSI Denny JA pada Juli 2018 lalu. Ketika itu, tingkat kesukaan publik terhadap #2019GantiPresiden sebesar 54,4%.

(Baca  juga: Survei: Gerakan #2019GantiPresiden Makin Populer, Tapi Kurang Diterima)

Ardian mengatakan, gerakan #2019GantiPresiden terutama disukai oleh para pengguna media sosial sebanyak 63,2%. Sementara di kalangan yang bukan pengguna media sosial, #2019GantiPresiden disukai 51,8% responden.

"Tagar #2019GantiPresiden lebih banyak disukai oleh pengguna media sosial," kata Ardian.

Meski demikian, Ardian menilai tingkat kesukaan masyarakat terhadap gerakan ini berpotensi turun ke depannya. Alasannya, gerakan ini sudah mulai diserang dan diisukan negatif oleh beberapa pihak.

Selain itu, gerakan ini juga kerap mendapatkan hadangan di berbagai wilayah, baik oleh kepolisian maupun kelompok masyarakat. Akhirnya, mereka pun menjadi bingung apakah #2019GantiPresiden merupakan sesuatu yang diperbolehkan di Indonesia.

(Baca juga: Polemik Gerakan #2019GantiPresiden, antara Aspirasi dan Provokasi)

Karenanya, Ardian menyarankan inisiator #2019GantiPresiden mulai mengelola opini masyarakat sehingga dapat dipandang lebih positif. "Ketika opini ini diarahkan terhadap #2019GantiPresiden, (tingkat kesukaan publik) akan menjadi naik kembali," kata Ardian.

Gerakan #2019GantiPresiden pertama kali diinisiasi oleh politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera. Namun, setelah banyak terjadi penolakan dari masyarakat dan kepolisian, politikus Gerindra enggan mengakui keterkaitan gerakan tersebut dengan Prabowo-Sandi.

(Baca juga: Isu Ganti Presiden Gerus Suara di Pilkada, Golkar Antisipasi di 2019)

Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan gerakan #2019GantiPresiden bukan bagian dari Prabowo. "Saya ingin klarifikasi karena gerakan ini jauh hari sebelum Prabowo menjadi capres, ini bukan buatan Prabowo, bukan," katanya dalam diskusi di Jakarta, Selasa (4/9) dikutip dari Antaranews.

Menurut Riza, gerakan ini lahir dari masyarakat karena menyikapi situasi dan keadaan yang terjadi.