PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengungkapkan alasannya tidak mengakuisisi anak perusahaan PT Pertamina, yakni PT Pertamina Gas (Pertagas) secara penuh atau 100%. Alasannya, PGN masih membutuhkan dana yang sangat besar untuk membiayai pembangunan infrastruktur gas di Indonesia.
Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan perusahaannya hanya akan mengakuisisi 51% saham Pertagas. Dia tidak ingin menghabiskan dana dengan jumlah yang sangat besar hanya untuk mengakuisisi Pertagas. Karena setelah akuisisi, PGN masih harus mengeluarkan investasi besar untuk pengembangan infrastruktur.
(Baca: Indonesia Alami Defisit Gas Tahun 2025)
“Kami juga punya banyak proyek yang butuh pembiyaan. Saat ini sedang menunggu tindak lanjut lelang PLN untuk LNG sampai di Indonesia Tengah dan Timur seperti Sulawesi, Papua, serta kepulauan lainnya,” ujarnya di Jakarta, Senin (27/8).
Proyek dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait penyediaan gas untuk kebutuhan pembangkit yang akan dibangun. Infrastruktur gas yang dibangun sekaligus untuk memasok kebutuhan masyarakat, dengan harapan bisa meningkatkan perekonomian di wilayah yang selama ini belum terjangkau PGN.
(Baca: PGN Akan Bangun Fasilitas LNG di Papua Barat)
Terkait proses akuisisi Pertagas, PGN telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement/CSPA) dengan Pertamina pada 29 Juni lalu. Dalam perjanjian ini, PGN akan menjadi pemegang saham pengendali dengan membeli 51% saham Pertagas dari Pertamina. Sisanya 49% tetap dipegang oleh induk usaha PGN, yakni Pertamina.
Nilai akuisisi 51% saham Pertagas ini mencapai US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 16,6 triliun. Saat ini proses akuisisi masih berjalan. Dalam ketentuan CSPA, penyelesaian seluruh persyaratan jual beli antara saham Pertagas antara Pertamina dan PGN ditargetkan harus selesai pada 27 September 2018.
(Baca: Harga Gas Sulit Turun meski PGN Akuisisi Pertagas)
Jobi mengatakan pembayaran dalam transaksi jual beli saham Pertagas dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pada akhir bulan depan sebesar 50% dari nilai transaksi atau US$ 600 juta. “Sisanya 50% lagi akan kami selesaikan pada semester 1 tahun depan,” ujarnya.
Dia menjelaskan dana yang akan digunakan untuk pembayaran tahap pertama mengandalkan kas perseroan. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2018, PGN tercatat memiliki kas dan setara kas sebesar US$ 1,37 miliar.
(Baca: Pertamina Hemat Rp 12,9 triliun dari Akuisisi Pertagas oleh PGN)
Sementara untuk melunasi pembayaran pada tahun depan, Jobi mengatakan saat ini perusahaannya masih mengkaji sumber dana yang akan digunakan. Opsi pinjaman dari perbankan bisa dilakukan apabila dalam hasil kajian dinilai paling optimal.
“Bentuk (pembiayaannya) belum bisa kami sampaikan sekarang, karena masih dalam pembicaraan internal,” kata Jobi.