Stok batu bara untuk pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) di bawah target yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah cuaca. Sehingga pasokan sedikit terganggu.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Supangkat Iwan Santoso berharap stok batu bara untuk pembangkit bisa untuk 10 hari. Bahkan untuk pembangkit yang di pantai selatan itu harus 20 hari.
Namun, ada beberapa pembangkit yang stok batu baranya di bawah itu. “Pasokan cukup, memang ini kan dampak dari cuaca. Jadi beberapa pembangkit stoknya tipis. Ada yang empat hari dan seminggu,” kata Iwan di Jakarta, Jumat (24/8).
Selain adanya ombak, kendala lainnya dalam memasok batu bara adalah adanya pendangkalan laut di beberapa tempat. Alhasil, kapal tidak bisa merapat ke dermaga.
Salah satu pembangkit listrik yang mengalami gangguan adalah Cilacap. Ini karena wilayah itu memiliki pelabuhan kapasitas 30 ribu Gross Tonage (GT). Apalagi pelabuhan ini khusus untuk pembangkit.
Kendala lainnya adalah harga. Apalagi ada selisih antara harga pasar dan yang dijual ke PLN. Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode Agustus 2018 mencapai US$ 107,83 per ton. Adapun harga yang dijual ke PLN US$ 70 per ton sesuai Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM Nomor 1395K/30/MEM/2018 tentang Harga Jual Batu Bara untuk Kepentingan Umum.
(Baca: Hingga 2019, Harga Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Maksimal US$ 70)
Meski begitu, masih ada beberapa perusahaan yang patuh melaksanakan kewajiban memasok untuk domestic (Domestic Market Obligation/DMO). Adapun hingga Juli lalu, PLN sudah menyerap 55% dari batu bara DMO. “Secara willingness mereka juga ingin memasok. Kemarin mungkin soal transfer kuota dan lain-lain,” ujar dia.