Ratusan Turis 'Terjebak' di Lombok, Proses Evakuasi Terus Berjalan

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Wisatawan asing menyeret koper pascagempa di Kecamatan Pemenang,Tanjung, Lombok Utara, NTB, Senin (6/8/2018).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
6/8/2018, 12.46 WIB

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) telah berhasil mengevakuasi 200 turis ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pascagempa 7 skala richter (SR), Minggu (5/8). BNPB memperkirakan sekitar 700 turis domestik dan mancanegara belum dapat dievakuasi dan masih berada di tiga Gili, yakni Gili Trawangan, Gili Air, Gili Meno. 

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, para turis yang berhasil dievakuasi meninggalkan Lombok dengan menggunakan perahu karet dari tiga Gili. Kemudian, mereka dialihkan untuk dibawa ke daratan menggunakan kapal Basarnas.

"Sekarang masih dalam proses," kata Sutopo di kantornya, Jakarta, Senin (6/8).  (Baca juga: Puluhan Orang Meninggal dan Ribuan Mengungsi Akibat Gempa Lombok)

Sutopo mengatakan, evakuasi dilakukan secara bertahap kepada 700 turis lainnya. BNPB mengalami keterbatasan kapal dalam proses evakuasi.

Saat ini, Basarnas telah menambah kapal dari Bali, selain helikopter yang dikerahkan untuk evakuasi."BNPB juga mengerahkan dua helikopter," kata Sutopo.

(Baca juga: Gempa Ganggu Layanan BI NTB, Transaksi Keuangan Diupayakan Lancar)

Hingga siang ini, BNPB mencatat 91 orang meninggal, 209 orang luka-luka, dan ribuan rumah rusak akibat gempa bumi bermagnitudo 7 SR. Rinciannya, 72 orang meninggal di Kabupaten Lombok Utara, dua orang meninggal masing-masing di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur.

Kemudian, sembilan orang wafat di Kabupaten Lombok Barat, empat orang di Kota Mataram, dan dua orang di Bali. "Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan roboh," kata Sutopo.

(Baca juga: Megathrust Selatan Jawa: Bencana Laten yang Ancam Jakarta)

Selain itu, Sutopo memperkirakan ada 20 ribu pengungsi akibat bencana gempa. Angka ini dikalkulasi dari jumlah pengungsi akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,4 SR yang terjadi pada Minggu (29/7) sebesar 10 ribu jiwa.

Sutopo mengatakan, terdapat lebih dari 10 ribu pengungsi akibat gempa sebelumnya. "Saya tidak bisa pastikan, tapi saya perkirakan lebih dari 20 ribu (pengungsi)," kata dia.

Menurut Sutopo, para pengungsi ini tersebar di berbagai tempat. Sebagian masyarakat tak mau mengungsi dan bertahan di halaman rumahnya untuk mengawasi harta mereka.

Kebutuhan mendesak bagi para pengungsi, yakni tenaga medis, obat-obatan, air bersih, serta makanan siap saji. Mereka juga membutuhkan tenda pengungsian, dapur umum, selimut, tikar, layanan trauma healing dan kebutuhan dasar lainnya

"Kami membutuhkan banyak sekali karena ribuan masyarakat masih berada dalam pengungsian dan tersebar di beberapa tempat," kata dia.

Untuk diketahui, gempa bermagnitudo 7 SR terjadi di darat pada 18 kilometer barat laut Kabupaten Lombok Timur. Dengan kedalaman 15 kilometer, gempa tersebut disebabkan aktivitas Sesar Naik Flores di Lombok Utara.

Gempa ini merupakan gempa utama (main shock) dari rangkaian gempa sebelumnya. Hingga Senin (5/8) pukul 22.00 WIB, terjadi 47 kali gempa susulan dengan intensitas gempa yang lebih kecil.

Dengan demikian, Sutopo menilai kecil potensi gempa dengan magnitudo lebih besar terjadi. BNPB sendiri telah menetapkan masa tanggap darurat selama enam hari hingga 11 Agustus 2018 terkait gempa ini.