Pelaku industri mengungkapkan beberapa kendala penggunaan 20% minyak nabati dalam Solar (Biodiesel 20/B20). Padahal pemerintah menargetkan tahun ini seluruh kendaraan bisa menerapkan B20 dan tahun depan bisa B30.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO) Kyatmaja Lookman mengatakan sudah melakukan uji coba B20 pada truk. Hasilnya justru terjadi masalah pada mesin. Ini karena ada endapan pada pipa sehingga merusak mesin.
Kedua, ada pemboroan bahan bakar. Saat diuji dari Jakarta hingga Surabaya yang biasanya menghabiskan 200 liter bahan bakar. Dengan B20 itu bisa 230 hingga 260 liter. Kondisi ini dikhawatirkan akan menambah emisi dan menghabiskan subsidi.
Masalah ketiga adalah kendaraan yang menggunakan biodiesel tidak lolos dalam uji kendaraan (kir). Untuk lolos uji KIR, kendaraan harus terlebih dulu menggunakan Pertadex.
Atas dasar itu, Kyatmaja menolak adanya penerapan biodesel. “Posisi kami saat ini menolak implementasi ini, kecuali ada terobosan dari pemerintah untuk memitigasi masalah itu. Apalagi kami sudah mencoba hingga ratusan ribu kilo,” kata di Jakarta, Rabu (25/7).
Anggota Kompartemen Lingkungan dan Industri Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Ketut Suciarta juga mempertanyakan penerapan B30. Salah satu kekhawatirannya adalah jika kebijakan itu diterapkan bagaimana nasib B20.
Jika B20 dihilangkan, maka akan berdampak pada mesin kendaraan dan harus ada perlakukan khusus. “Jangan sampai B20 hilang ketika B30 hadir, mobil lama pada mogok, ini penting," kata Ketut.
Kekhawatiran lainnya dari Ketut adalah harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) yang mengikuti harga dunia. Jika harga CPO naik dikhawatirkan Indonesia akan melakukan ekspor. Ujungnya stok akan terbatas. Jadi pemerintah harus memastikan ketahanan pasokan ke produsen CPO.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pasokan CPO cukup, bahkan berlebih. Saat ini kapasitas pabrik mencapai 12 juta kiloliter setahun. Adapun jika B30 diterapkan hanya menyerap 9 juta kiloliter. Ini mengacu konsumsi Solar yang mencapai 32 juta KL dalam setahun.
Sementara mengenai masalah harga, Dadan mengatakan pemerintah sudah menetapkan regulasinya. “Jadi kalau tiba-tiba harga naik itu dijamin tidak akan ada Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alamperubahan," kata dia.
Adapun masalah tidak lolos uji KIR menurut Dadan itu baru mengetahuinya. Justru menurutnya dengan menggunakan biodiesel bisa lolos uji KIR, walaupun memang ada beberapa mesin kendaraan yang tidak cocok.
(Baca: Jokowi Incar Penghematan Devisa Rp 300 Miliar Per Hari dari Biodiesel)
Kementerian ESDM juga sudah melakukan uji coba dengan menggandeng beberapa pihak. "Uji yang dilakukan ITB dan Toyota, konfirmasinya semuanya membaik," kata Dadan.