Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali menggelar forum pembiayaan film Indonesia atau Akatara, yang digelar pada 18-20 September 2018 di Jakarta. Akatara keempat ini bakal memilih 50 proposal produksi film dan non produksi film untuk dipertemukan dengan para calon investor atau produser film.
"Harapan kami, lebih banyak investor yang hadir dan film makers yang mendapat dukungan investor tahun ini," kata Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo dalam siaran pers, Selasa (3/7).
Bekraf pun membuka pendaftaran bagi pembuat film Indonesia sekaligus investor melalui portal http://akatara.id. Pendaftaran ini akan ditutup pada 20 Juli 2018 nanti. Nantinya, pembuat film yang terpilih berkesempatan mempresentasikan dan melakukan speed dating dengan para calon investor yang tertarik mendanai proyek film mereka.
Adapun proposal produksi film yang dikurasi yaitu yang berdurasi panjang dan pendek untuk genre fiksi, dokumenter, dan animasi. Sedangkan proposal non produksi film yang dimaksud adalah ekosistem perfilman, misalnya content channel, kursus film, dan exhibition.
Bekraf menghadirkan perwakilan Badan Perfilman Indonesia (BPI) Alex Sihar pada sesi masterclass workshop bertema Pitch Perfect your Film Proposal. Kelas ini bertujuan menajamkan proposal proyek film, agar lebih menarik bagi para calon investor. Selain workshop, akan ada seminar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)dan diskusi peluang bisnis perfilman Indonesia.
(Baca juga: Bekraf Bantu 95 Startup Kuliner Cari Modal)
Direktur Fasilitasi HKI Bekraf Robinson Sinaga bakal memimpin diskusi dan seminar HKI yang digelar hari ini (3/7) di Couryard Marriott Hotel, Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pembuat film Indonesia terhadap pengelolaan HKI.
Selain itu, Bekraf mengundang Koordinator Bandung Film Council Sofyana Ali Bindiar; perwakilan Ideosource Pandu Birantoro; CEO Layaria Network Dennis Adhiswara, dan perwakilan BPI Lalu Rosiamri untuk diskusi dengan tema be a film entrepreneur. Hal ini bertujuan untuk membuka wawasan tentang peluang berbisnis film secara lebih profesional, terukur dan berkesinambungan.
Fadjar mengatakan, Akatara merupakan meeting point strategis bagi para investor dan pendukung perfilman nasional. Sebab, mereka bisa berbagi pengalaman dan menemukan model bisnis lainnya dalam industri perfilman Indonesia. Ia berharap, Akatara 2018 mampu meningkatkan kontribusi sub sektor film terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Ia bercerita, 40 proposal film yang lolos seleksi Akatara 2017 bertemu dengan lebih dari 20 calon investor. Hasilnya, terjadi kesepakatan awal dalam bentuk komitmen investasi pada 10 proyek film yang masih berlangsung hingga saat ini. Salah satunya adalah film berjudul Keluarga Cemara tengah diproduksi.