Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat capaian kinerja di sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBT) selama tiga bulan terakhir. Salah satunya mengenai Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTB) Indonesia yang kapasitas terpasangnya sudah melampaui Filipina.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia sudah mencapai 1.924,5 Megawatt (MW). Padahal target kapasitas terpasang PLTP tahun ini sebesar 2.058,5 MW.
Menurut Rida, capaian tersebut membuat Indonesia berhasil menjadi negara penghasil listrik dari panas bumi terbesar kedua di dunia menggeser posisi Filipina yang kapasitasnya 1.870 MW ."Kami melewati Filipina menjadi produsen panas bumi terbesar ke dua di dunia," kata dia dalam konferensi pers capaian kuartal I 2018 sektor EBTKE di Jakarta, Jumat (27/4).
Penambahan kapasitas itu diantaranya berasal dari PLTP Karaha Unit 1 dengan kapasitas 30 MW dan PLTP Sarulla Unit 3 dengan kapasitas 86 MW. Pembangkit tersebut beroperasi dalam kuartal I 2018.
Pembangkit itu menghasilkan uap panas bumi sebesar 23,35 juta ton. Adapun target tahun ini sebesar 97,84 juta ton.
Sektor EBT telah menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sub sektor panas bumi sebesar Rp 220,07 Miliar hingga April 2018. Adapun target PNBP dari sektor ini tahun ini sebesar Rp 700 miliar.
(Baca: Indonesia Bisa Jadi Penghasil Panas Bumi Terbesar di Dunia)
Kinerja EBT Lainnya
Selain itu, Kementerian ESDM mencatat kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) hingga kuartal I 2018 mencapai 307 MW dari target 515 MW. Sedangkan kapasitas terpasang PLT Bioenergi sepanjang tiga bulan terakhir mencapai 1.839,5 MW, yang targetnya 1.881 MW.
Rida mengatakan pembangkit EBT yang terbangun tahun ini ikut membantu menurunkan kadar emisi karbon dioksida (CO2). Sepanjang kuartal I 2018, penurunan emisi CO2 sudah mencapai 40 juta ton CO2, sedangkan targetnya 35,6 juta ton CO2.
Sementara itu capaian produksi bahan bakar nabati (BBN) selama kuartal I 2018 sebesar 0,90 juta kilo liter (KL), Angka ini masih lebih rendah dari target tahun ini sebesar 3,92 juta KL.
Rida pun khawatir produksi BBN bisa turun lantaran adanya isu sawit di negara-negara Eropa yang bisa berdampak terhadap kinerja ekspor sawit dari Indonesia. Padahal sawit salah satu penyumbang devisa. "Ini karena isu sawit di Uni Eropa. Pak luhut sudah ke sana untuk beri dukungan," kata dia.
Sementara itu capaian investasi EBT kuartal I 2018 sudah mencapai US$ 294 juta, atau di bawah target US$ 2,01 miliar. Perinciannya panas bumi sebesar US$ 1,21 miliar. Kemudian aneka EBT US$ 718 juta, disusul investasi bioenergy US$ 72 juta dan terakhir US$ 5 juta berasal dari investasi konservasi energi.
Adapun terkait serapan anggaran, Rida mengatakan hingga kuartal I 2018 serapan anggaran sektor EBTKE sudah mencapai 16,26% dari pagu anggaran tahun ini atau sekitar Rp 280 miliar. Pagu anggaran tahun ini untuk EBTKE sebesar Rp 1,72 triliun.
Rida berharap pada kuartal ke depan serapan anggaran akan lebih tinggi. Ini seiring dengan adanya pekerjaan pengadaan untuk beberapa proyek EBT yang bisa mendongkrak serapan anggaran.