Lembaga internasional dan bank asing siap mendanai proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Nilai pinjaman yang diberikan kepada PT Supreme Energy Rantau Dedap/SERD sebagai pengelola proyek mencapai US$ 540 juta atau Rp 7,4 triliun.
Pemberi pinjaman itu yakni Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Asian Development Bank (ADB) dan kelompok bank komersial internasional (yang terdiri dari Mizuho Bank Ltd., Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation), dengan perusahaan Nippon Export and Investment Insurance sebagai penjamin. Perjanjian pembiayaan itu diteken Jumat (23/3) di Jakarta.
Dari jumlah tersebut, ADB memberikan pinjaman sebesar US$ 175,3 juta dan tambahan dari Clean Technology Fund sebesar US$ 50 juta. Sedangkan Japan Bank for International Cooperation US$ 188,8 juta. Adapun tiga bank komersional internasional itu memberikan pinjaman US$ 125,9 juta.
Kepala Unit untuk Indonesia di Departemen Operasi Sektor Swasta ADB, Yuichiro Yoi mengatakan pembiayaan ini merupakan alokasi risiko yang berpengaruh terhadap kesuksesan sektor swasta dalam mengembangkan proyek panas bumi di Indonesia. “Proyek ini juga menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam mengembangkan sumber energi terbarukan guna mendiversifikasikan bauran energinya dan mengurangi emisi karbonnya,” kata berdasarkan keterangan resminya, Senin (26/3).
Menurut Yuichiro Indonesia berperan penting dalam mengurangi emisi karbon dioksida hingga 29% di tahun 2030. Ini karena Indonesia memiliki potensi pembangkit listrik panas bumi sekitar 29.000 Mega Watt (MW) atau sekitar 40% cadangan panas bumi dunia.
Presiden & CEO Supreme Energy, Supramu Santosa mengatakan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Rantau Dedap mencapai 98,4 MW (bruto). Proyek ini berlokasi di Daerah Muara Enim, Lahat dan Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatra Selatan.
Untuk mengembangkan proyek ini, SERD telah menunjuk Kontraktor EPC, konsorsium PT Rekayasa Industri dan Fuji Electric Co., Ltd. Proyek ini diharapkan akan selesai pada tahun 2020 mendatang. "Ini akan mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) sebanyak 486.000 ton per tahun," ujar Supramu.
(Baca: Denmark Nilai Indonesia Berlimpah Sumber EBT yang Bisa Dimanfaatkan)
SERD adalah perusahaan patungan yang terdiri dari PT Supreme Energy, ENGIE dari Perancis, Marubeni Corp dan Tohoku Electric Power Co., Inc. dari Jepang. Adapun proyek pembangkit Dedap ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan ADB guna mengatasi risiko dan memitigasi dampak perubahan iklim di negara berkembang.