Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat sorotan publik saat Rapat Pimpinan Nasional Demokrat di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3). Keduanya tampak "mesra" seolah siap berkoalisi dalam Pemilihan Presiden 2019. Namun, Gerindra menganggap keduanya hanya bermain drama karena Demokrat belum tentu akan berkoalisi dengan PDIP untuk mengusung Jokowi.
"Itu kan drama di depan panggung, drama di belakang panggungnya kami belum tahu apakah nanti akan berkoalisi dengan PDIP dan Pak Jokowi atau tidak," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (13/3).
Menurut Andre, peluang Demokrat untuk mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019 masih terbuka. Karenanya, Gerindra berupaya membangun komunikasi yang lebih intens dengan Demokrat.
(Baca juga: Dekati PDIP, Demokrat Penjajakan Duet Jokowi-AHY di Pilpres 2019)
Sekretaris Jenderal DPP Gerindra Ahmad Muzani berencana bertemu dengan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada dan Pilpres Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Andre mengatakan, rencana pertemuan antara Muzani dan AHY akan dilakukan dalam waktu dekat.
"Pak Ahmad Muzani akan bersilaturahmi dengan Demokrat, Mas AHY. Tunggulah komunikasi sedang berjalan," kata Andre.
Selain mendekati Demokrat, Gerindra juga melobi kelompok poros ketiga lainnya yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gerindra hendak mengajak ketiga partai bergabung bersama poros yang dibentuk Gerindra dan PKS mengusung Prabowo dalam Pilpres 2019.
(Baca juga: Gerindra Rangkul Calon Poros Ketiga untuk Dukung Prabowo)
Sulit menebak arah Demokrat
SBY dalam pidato di Rapimnas Demokrat menyatakan dukungan dan harapan agar Jokowi sukses pada Pilpres 2019. Dia juga menyatakan Demokrat akan mendukung Jokowi jika takdir Tuhan sudah memutuskan.
Di sisi lain, Jokowi menyampaikan bahasa politik yang terkesan lekat dengan partai berlambang mercy tersebut. Dia berkelakar bahwa dirinya tak jauh berbeda dengan SBY. "Kalau saya seorang demokrat, beliau, Pak SBY, tambah satu, Ketua Partai Demokrat. Jadi tipis sekali," kata Jokowi.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai SBY bersama Demokrat kerap mengambil sikap politik yang susah untuk ditebak. "Artinya sampai injury time kita tidak akan pernah bisa memastikan dan menebak arahan Partai Demokrat," kata Yunarto ketika dihubungi Katadata.co.id.
(Baca juga: Safari Politik, Strategi AHY Jelang Pilpres 2019)
Menurut Yunarto, SBY dan Demokrat kerap berpikir realistis dan pragmatis untuk kepentingan mereka. Saat ini, Yunarto menilai mereka masih menakar keuntungan yang akan diperoleh bila mendukung Jokowi.
SBY dan Demokrat juga masih melirik kubu lain yang memungkinkan memberikan posisi strategis untuk AHY dalam Pilpres 2019. "Siapa yang bisa memberikan harga terbaik buat AHY, itu akan menentukan posisi Demokrat nanti," kata Yunarto.
Yunarto memperkirakan, SBY dan Demokrat mencari posisi strategis bagi AHY untuk berlenggang dalam Pilpres 2024. Karenanya, strategi Demokrat saat ini bukan untuk menempatkan AHY pada posisi tertinggi dalam Pilpres 2019, melainkan hanya sebagai pendamping.
"Terlepas AHY akan kalah, dia akan memiliki modal sosial sangat besar di 2024 nanti ketika inkumben tidak boleh maju lagi karena sudah dua periode," kata Yunarto.
(Baca juga: Simulasi Survei, Jokowi-AHY Berpeluang Kalahkan Prabowo-Anies di 2019)
Dengan demikian, Yunarto menilai SBY dan Demokrat juga berpeluang membuka ruang komunikasi dengan Gerindra. "Jangan kaget kalau nanti komunikasi dengan Prabowo terbuka kembali. Menurut saya ini hanya bagian dari rentetan permainan politik dua muka yang akan terus dimainkan oleh Demokrat," kata Yunarto.
Yunarto juga menyoroti peluang Jokowi berpasangan dengan AHY. Sebab, Jokowi merupakan bagian dari PDIP yang selama ini berseberangan dengan Demokrat.
"Menurut saya tidak mudah membuat PDIP langsung membalikkan posisi sejarah yang tidak cukup baik dengan Demokrat," kata Yunarto.