Airlangga Jadi Ketum, Suara Golkar Bertambah dari Pendukung PDIP

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Jakarta, Senin (18/12).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
24/1/2018, 17.21 WIB

Hasil riset Lembaga Survei Indonesiaa (LSI) Denny JA terbaru menunjukkan elektabilitas Golkar meningkat sejak Airlangga Hartarto memimpin partai berlambang beringin itu. Suara Golkar yang bertambah berasal dari para pendukung PDI Perjuangan yang memiliki platform partai yang sama.

Elektabilitas Golkar terus menanjak sejak November 2017 hingga Januari 2018. Pada November 2017, elektabilitas Golkar 11,6 %, dan setelah Airlangga resmi diangkat sebagai Ketua Golkar pada Desember 2017 menjadi 13,8%.

Kemudian pada Januari 2018 elektabilitas Golkar menjadi 15,5%, lebih tinggi dibandingkan perolehan elektoral yang didapatkannya pada pemilihan legislatif 2014 sebesar 14,75%.

Peneliti LSI Denny JA Rully Akbar mengatakan, meningkatnya elektabilitas karena Airlangga kerap dikesankan pemilih Golkar sebagai sosok yang bersih dan berintegritas, berkebalikan dari citra Setnov yang terseret kasus korupsi e-KTP.

"Sosok Airlangga Hartarto memberi harapan baru bagi Partai Golkar," kata Rully di kantornya, Jakarta, Rabu (24/1). 

(Baca: Resmi Ketua Umum, Airlangga Targetkan Elektabilitas Golkar 16%)

Selain itu, tiga program baru yang diusung Golkar dinilai disukai publik. Berdasarkan riset LSI Denny JA, 87,5% responden mengaku menyukai program harga sembako terjangkau, 85,2% responden menyukai program memperluas lapangan kerja, 82,0% responden menyukai program rumah mudah akses dan terjangkau yang diusung Golkar.

"Tiga program pro rakyat ini juga yang menarik kembali simpati pemilih wong cilik," kata Rully.

Menurut Rully, meningkatnya elektabilitas Golkar didapat paling besar dari PDIP. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya elektabilitas PDIP dari Desember 2017 sebesar 22,7% menjadi 22,2% pada Januari 2017.

Rully menilai hal ini disebabkan ketika polemik Golkar terjadi para pemilihnya beralih ke PDIP. Ketika Golkar membaik, pemilih mereka pun kembali dan meningkatkan elektabilitas.

"Migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform partai yang sama yaitu nasionalis, dan juga memiliki basis dukungan tradisional yang sama yaitu pemilih menengah bawah," kata Rully.

Menurutnya, tren kenaikan elektabilitas Golkar ini berpotensi membuatnya menjadi pesaing utama PDIP di Pemilu 2019. Saat ini, PDIP masih berada di urutan pertama dalam peringkat elektabilitas partai.

(Baca: Terpilih Jadi Ketua Golkar, Airlangga Tegaskan Dukung Jokowi di 2019)

Hal ini dapat dilakukan jika Golkar mampu memperkuat imej "Golkar Bersih" dan 3 program yang diusungnya. Golkar juga perlu menjadikan Airlangga Hartarto sebagai tokoh politik nasional yang dipertimbangkan.

"Selain itu, Golkar juga harus berupaya mendapatkan efek elektoral dari kinerja Jokowi. Saat ini, PDIP masih dominan sebagai partai yang kuat asosiasinya dengan Jokowi," kata Rully.

Survei LSI Denny JA berlangsung pada periode 7-14 Januari 2017 yang melibatkan 1.200 responden di seluruh Indonesia. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling) dengan margin of error (tingkat kesalahan) sebesar 2,9%. Survei ini kemudian dilengkapi dengan focus group discussion (FGD) dan analisis media.

(Baca: SMRC: Elektabilitas Mayoritas Parpol Turun, Hanya PDIP Terus Menanjak)