Lobi Tiga Malam PPP dan PDIP Usung Djarot-Sihar di Pilgub Sumut

ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sumut Djarot Saiful Hidayat (kiri) dan Sihar Sitorus (kanan) naik becak motor saat akan mendaftar ke KPU Sumatera Utara, di Medan, Rabu (10/1).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
11/1/2018, 10.28 WIB

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi mengusung pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus dalam pemilihan gubernur Sumatera Utara 2018. Pengusungan pasangan tersebut antara PPP dan PDIP melalui pembahasan yang cukup alot.

Ketua Umum PPP Romahurmuziy menceritakan awalnya partai berlambang kabah itu meminta agar pendamping Djarot bukanlah Sihar, melainkan kadernya. Alasannya, menurut Romi -begitu Romahurmuzy disapa, agar konsolidasi kedua partai bisa terlaksana dengan baik.

Menurut dia, ada beberapa aspirasi dari DPW PPP Sumut yang belum menyepakati Djarot berpasangan dengan Sihar. Romy pun melihat dinamika yang terjadi di Sumut tersebut.

"Karena itu butuh tiga malam untuk berdiskusi dengan PDIP," kata Romy di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (10/1).  (Baca: Sempat Bimbang, Megawati Akhirnya Restui Djarot Ikut Pilgub Sumut)

Romy mengatakan, salah satu diskusi yang dilakukan adalah dalam pertemuan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Selasa (9/1) malam. Dalam diskusi tersebut, PPP memberikan tiga opsi.

Romy mengatakan, salah satu opsi adalah dengan memasangkan Djarot dengan Gubernur petahana Sumut Tengku Erry Nuradi. Selain itu, PPP juga menawarkan opsi memasangkan Djarot dengan Wakil Gubernur petahana Sumut Nur Azizah Marpaung.

"Ketiga kita menyarankan rekan-rekan PDIP untuk bisa memilih nama-nama yang berada dalam koridor warna PPP," kata Romy.

Meski demikian, akhirnya PPP dan PDIP tetap bersepakat untuk mengusung Djarot-Sihar untuk maju dalam Pilkada Sumut. Dipilihnya pasangan tersebut dengan pertimbangan bahwa waktu pendaftaran pasangan calon tinggal satu hari.

Saat itu, calon pasangan pesaing Djarot-Sihar, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah (Ijeck) telah resmi mendaftar untuk ikut dalam Pilkada Sumut. Edy-Ijeck saat ini diusung oleh Golkar, Gerindra, PKS, PAN, Nasdem, dan Hanura dengan akumulasi 60 kursi DPRD Sumut.

Ada pula pasangan calon lainnya, yakni Jopinus Ramli (JR) Saragih dan Ance Selian. JR-Ance diusung Demokrat, PKPI, dan PKB, dengan akumulasi 20 kursi DPRD Sumut.

"Kami tahu persis harus melihat realitas bahwa memang tinggal kami dan PDIP saja yang belum menentukan sikap," kata Romy.

(Baca: SMRC: Elektabilitas Mayoritas Parpol Turun, Hanya PDIP Terus Menanjak)

Faktor lainnya adalah mengenai faktor elektabilitas yang mungkin dimenangkan PPP-PDIP. Romy mengatakan bahwa basis pemilih Islam di Sumut sebesar 68% dan sisanya merupakan non-muslim.

Selain itu, basis pemilih suku Jawa di Sumut sebanyak 35% dan mayoritas sisanya merupakan suku Batak. Melihat presentase tersebut, Romy menilai jika pasangan Djarot-Sihar telah cocok mewakili presentase tersebut.

"Pada akhirnya kami berbicara elektabilitas menang. Kami melihat suara di Sumut mau tak mau kami harus menerima itu sebagai basis mendapatkan kemenangan, " ujarnya.

Romy mengatakan, untuk pengusungan Djarot-Sihar, PPP membentuk kontrak politik dengan PDIP. Dalam kontrak politik tersebut, PPP meminta Djarot-Sihar memenuhi sejumlah program yang bertujuan memajukan umat Islam Sumut sebagai konstituennya.

Salah satu program tersebut adalah mendukung gerakan nasional wakaf Al-Quran yang diinisiasi PPP. Program kedua ialah mengalokasikan APBD lebih besar untuk kepentingan lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren di Sumut.

Ketiga, PPP meminta agar mendorong lahirnya peraturan daerah yang melarang atau membatasi peredaran minuman keras di wilayah Sumut. Kemudian, Djarot-Sihar jika menang dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia dan mengentaskan kemiskinan.

Lalu, mengalokasikan anggaran untuk dukungan UMKM. Terakhir, mengembangkan skema peminjaman bagi UMKM dalam mendapatkan pinjaman bank atau lembaga keuangan.

(Baca: Hoaks Jokowi Anak PKI, Megawati Sebut Istilah Politik 1000 Wajah)