Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan tujuh proyek hulu migas akan beroperasi atau onstream tahun depan. Jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan dengan 14 proyek yang beroperasi sepanjang 2017.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan secara kebetulan proyek migas yang dapat terealisasi tahun depan berjumlah tujuh proyek. Dia menyatakan, jadwal beroperasi tiap-tiap proyek hulu migas tidak ada yang sama.
Selain itu masa pembangunan proyek migas pun membutuhkan waktu dua hingga tahun, tergantung besar proyeknya. Dengan demikian tidak semua proyek hulu migas sekaligus bisa selesai dalam waktu yang sama.
"Kebetulan di jadwalnya di 2018 ada tujuh proyek yang akan onstream, sementara proyek lainnya masih berjalan, 14 proyek migas di 2017 pun hasil kerja di tahun-tahun sebelumnya, sehingga ini karena penjadwalan saja," kata Wisnu kepada Katadata, Jumat (29/12).
(Baca: SKK Migas Kebut Empat Proyek Strategis Nasional Hulu Migas)
Tujuh proyek hulu migas tersebut, sebagian besar memiliki jadwal operasi pada Desember 2018. Berdasarkan data SKK Migas, tujuh proyek tersebut, yakni:
Pertama, proyek optimalisasi fasilitas produksi Lica, yang dikerjakan oleh PT Medco E&P Indonesie. Kapasitas fasilitas produksi sebesar 4.000 barel per hari (bph) dengan perkiraakn produksi puncaknya sekitar 3.700 bph. Proyek ini ditargetkan beroperasi pertama kali pada Maret 2018.
Kedua, proyek Blok A gas field development oleh PT Medco E&P Malaka. Kapasitas fasilitas produksinya sebesar 3.100 bph untuk minyak dan gas sebesar 55 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Estimasi puncak produksinya sebesar kapasitas fasilitas produksi. SKK Migas menargetkan proyek ini beroperasi di Maret 2018.
Ketiga, proyek SP yang dibangun oleh PT PHE ONWJ. Kapasitas produksi sebesar 30 mmscfd dengan target puncak produksi sesuai kapasitas yang dibangun. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada September 2018.
(Baca: SKK Prediksi Investasi Hulu Migas Meningkat 10% Tahun Depan)
Keempat, proyek fasilitas produksi yang dibangun Petrocina Intl.Jabung Ltd yakni CPS Modification. Proyek ini memiliki kapasitas produksi 30 mmscfd. Proyek ini dibangun untuk menjaga produksi agar sesuai dengan kapasitasnya. Target operasi pada Desember 2018.
Kelima, proyek fasilitas produksi Ario Dama-Sriwijaya Phase 2 dengan kapasitas produksi 20 mmscfd. SKK Migas mengestimasi puncak produksi proyek ini sebesar 20 mmscfd, sesuai dengan kapasitas produksinya. Adapun pproyek ini dibangun oleh PT Tropik Energi Pandan, dengan target operasi di Desember 2018.
Keenam, proyek pengaliran gas Temelat ke Gunung Kembang Stasiun yang dibangun oleh PT Medco E&P Indonesia. Proyek ini memiliki kapasitas produksi 13 mmscfd, SKK Migas menargetkan puncak produksi dari proyek ini sekitar 10 mmscfd. Proyek ditargetkan beroperasi pada Desember 2018.
Terakhir, pembangunan subsesa pipeline gas lift BW di Lapangan Poleng. Proyek ini dibangun oleh PT Pertamina EP dengan kapasitas produksi 700 mmscfd. Proyek ini dibangun untuk menjaga produksi sesuai dengan besarnya kapasitas produksi proyek ini dengan target operasi pada Desember 2018.
(Baca: Aturan Terbit, Kontrak Migas Gross Split Bertabur Insentif Pajak)