Airlangga Hartarto terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Golkar menggantikan Setya Novanto. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai pergantian kepemimpinan bakal bisa mendongkrak elektabilitas partai berlambang pohon beringin ini.
Airlangga dianggap dapat salah satu tokoh yang dapat mengangkat citra Golkar menjadi lebih baik. Kesimpulan ini diperoleh dari survei LSI Denny JA pada periode 1-14 November 2017 dan riset kualitatif pada 1-13 Desember 2017.
Survei dilakukan terhadap 1.200 responden di seluruh Indonesia. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling) dengan margin of error (tingkat kesalahan) sebesar 2,9%.
Peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, elektabilitas Golkar menunjukkan penurunan sejak tahun lalu. Dari hasil survei LSI Denny JA pada Oktober 2016, elektabilitas Golkar sebesar 15,6%. Namun, turun menjadi 13,6% pada November 2016.
(Baca: Terpilih Jadi Ketua Golkar, Airlangga Tegaskan Dukung Jokowi di 2019)
Setelah Novanto ditetapkan sebagai tersangka pada 10 November 2017, elektabilitas Golkar semakin merosot menjadi 11,6%. Hal tersebut membuat Golkar turun peringkat pada urutan ketiga di bawah PDIP dan Gerindra.
"Ini pertama kali Golkar terancam di urutan ketiga atau menjadi partai medioker papan tengah. Biasanya Golkar selalu menempati posisi pertama atau kedua," kata Ardian di Jakarta, Kamis (14/12).
Saat elektabilitas Golkar menurun, sebanyak 65,7% responden meyakini partai berlambang beringin tersebut dapat bangkit jika melakukan branding baru. Pamor Golkar dianggap dapat membaik dengan memilih ketua umum baru (34,4%), program baru (27,6%) dan tokoh baru (22,6%).
Dari beragam tokoh, Airlangga dianggap pemilih Golkar yang paling layak menjadi ketua umum. Sebanyak 51,6% dari responden pemilih Golkar memilih Airlangga. Selanjutnya, responden memiliih Idrus Marham (16,3%), Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Suharto (9,7%), Aziz Syamsuddin (8,3%), Bambang Soesatyo (7,2%).
"Jadi sebelum Rapat Pleno DPP memutuskan, suara dari akar rumput juga menginginkan Airlangga menjadi Ketua Umum Golkar," kata Ardian.
(Baca: Pengusung Airlangga Hartarto Enggan Munaslub Golkar Ditunda)
Ardian mengatakan, elektabilitas Golkar nanti dapat meningkat 1-2% dengan dipilihnya Airlangga sebagai ketua umum. "Dengan dipilihnya Airlangga itu relatif sudah tercapai, tapi itu masih pengandaian. Kami harus konfirmasi lagi lewat survei," kata Ardian.
Sementara itu terkait dengan program, Golkar dinilai harus mempertimbangkan tiga program agar bisa mendorong citranya semakin baik di masyarakat. Program yang harus didorong, antara lain memperjuangkan sembako murah (27,1%), lapangan pekerjaan baru (25,8%), dan perumahan murah (12,1%).
Airlangga memiliki tantangan berat dalam memperbaiki pamor dan kinerja Golkar. Saat ini Golkar terancam karena tak mampu melahirkan tokoh kaliber yang bisa diusung menjadi calon presiden.
Ardian memaparkan, lima calon presiden yang paling kuat bersaing dalam Pilpres 2019 tak ada satu pun berasal dari Golkar. Mereka adalah Joko Widodo (38,4%), Prabowo Subianto (24,6%), Gatot Nurmantyo (7,5%), Anies Baswedan (4,9%), serta Agus Harimurti Yudhoyono (3,2%).
"Lima calon presien 2019 yang paling sering kuat dan populer tak satupun tokoh Golkar," kata Ardian.
Selain itu, Golkar juga terancam hanya menjadi pengiring dalam Pilpres 2019 karena tak juga memiliki calon wakil presiden yang bisa diusung. Berdasarkan survei LSI Denny JA, lima calon wakil presiden yang mungkin diusung, yakni Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono, Anies Baswedan, Zainul Majdi, dan Yusril Ihza Mahendra.
"Golkar terancam hanya sebagai penyanyi latar untuk Pilpres 2019," kata Ardian.
(Baca: Langkah Gerilya Airlangga Galang Dukungan Gelar Munaslub Golkar)