Menteri BUMN Rini Soemarno mencopot Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto. Sebagai gantinya, Rini menunjuk Direktur Gas dan Energi Baru Terbarukan (EBT) Pertamina Yenni Andayani sebagai pelaksana tugas (Plt) direktur utama di perusahaan pelat merah tersebut.
Pergantian nakhoda Pertamina tersebut diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan yang digelar di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, pukul 10.00 WIB, Jumat pagi (3/2). Selain mengganti Dwi, Rini juga mencopot Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang. Namun, belum ada pengganti untuk menempati posisi tersebut.
Penunjukan Yenni sebagai Plt Dirut Pertamina ditentukan setelah penyerahan Surat Keputusan (SK) pemberhentian Dirut dan Wakil Dirut Pertamina yang diberhentikan oleh Menteri BUMN. (Baca: Buntut 'Matahari Kembar', Dirut dan Wakil Dirut Pertamina Dicopot)
Yenni berjanji akan menjalankan amanat sebagai pengganti Direktur Utama Pertamina saat ini. Ia akan fokus menjalankan amanat yang sudah dituangkan direksi Pertamina sebelumnya pada Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017. "Amanatnya sudah jelas bahwa kita dan teman-teman tugasnya untuk menjadi lebih solid," kata dia dalam konferensi pers, usai RUPS Pertamina.
Sedangkan Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng mengatakan, pemilihan Yenni sebagai Plt Direktur Utama Pertamina karena posisinya sudah senior di Pertamina. "Pemilihan Yenni karena senioritas," katanya. Tapi, posisi ini hanya sementara dan berlaku 30 hari ke depan hingga komisaris memutuskan mengangkat direksi baru.
RUPS ini dihadiri oleh sejumlah jajaran direksi dan komisaris Pertamina. Namun, dari pantauan Katadata, konferensi pers tersebut tidak dihadiri oleh Menteri BUMN, Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang.
Sebelumnya, Dwi enggan mengomentari kabar pencopotan dirinya tersebut. "Kita dengar saja nanti ya," kata dia saat tiba di Gedung Kementerian BUMN. Ditempat yang sama, Ahmad Bambang juga tidak mau berkomentar terkait pencopotan dirinya.
Selain Dwi, hadir pula direksi Pertamina yang lain, seperti Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi, Direktur Keuangan Arief Budiman, Direktur Gas dan EBT Yenni Andayani, Direktur Pemasaran Muchamad Iskandar, Direktur pengolahan Toharso, dan Direktur SDM, Teknologi Informasi & Umum Dwi Daryoto.
Tidak hanya direksi, pertemuan itu juga dihadiri oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar yang saat ini menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama Pertamina, serta Komisaris Utama Tanri Abeng dan komisaris lainnya, Suahasil Nazara. Arcandra juga enggan berkomentar. "Ntar ya," ujar dia.
Perombakan tersebut kabarnya terkait masalah kisruh dua nakhoda di Pertamina. Masalahnya bermula dari langkah Dewan Komisaris mengajukan perubahan struktur organisasi Pertamina, termasuk tambahan posisi Wakil Direktur Utama, pada Agustus tahun lalu. Pembentukan wakil dirut ini konon tanpa sepengetahuan dari Dwi Soetjipto.
Kementerian BUMN menyetujui usulan tersebut. Alasannya, lingkup usaha Pertamina semakin luas dan membutuhkan posisi baru untuk mengawasi bisnis pengolahan dan hilir perusahaan. Namun, dalam perjalanannya, hal ini memicu gesekan dengan munculnya keributan mengenai impor solar dan kerusakan kilang.
Di sisi lain, Dwi Soetjipto telah ditetapkan menjadi salah satu dari Advisory Board Center For Strategic & International Studies (CSIS) untuk program di Asia Tenggara per 1 Januari 2017. Sebagai Advisory Board, Dwi Soetjipto akan memberikan masukan strategis untuk mendukung dan memperkuat riset serta program-program yang dijalankan CSIS di Asia Tenggara.