Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Emirsyah Satar sebagai tersangka penerima suap. Emir dituduh menerima suap yang nilainya mencapai puluhan miliar rupiah dari produsen mesin jet, Rolls-Royce.
“Suap diberikan dalam bentuk uang Euro 1,2 juta dan US$ 180 ribu atau setara Rp 20 miliar serta dalam bentuk barang senilai US$ 2 juta yang tersebar di Singapura dan Indonesia,” kata Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif dalam konferensi pers di Gedung KPK, Kamis, 19 Januari 2017.
Suap tersebut diduga diberikan pada Emirsyah agar Garuda Indonesia yang dipimpinnya pada 2005-2014 mau menggunakan mesin jet produksi Rolls Royce.
Sebelum tersandung kasus ini, Emirsyah dikenal sebagai akuntan jempolan. Selain Garuda Indonesia, jejak pria 57 tahun ini membekas di berbagai perusahaan nasional maupun internasional.
(Baca juga: KPK Tetapkan Emirsyah Satar Tersangka Suap Pesawat Garuda)
Emirsyah lulus dari Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia pada 1985. Namun, ia telah mengawali karir sebagai auditor di kantor akuntan Price Waterhouse Coppers (PWC) sejak 1983.
Ia kemudian menceburkan diri ke dunia perbankan dengan menjadi Assistant of Vice President of Corporate Banking Group Citibank pada 1985. Periode 1990-1994, dia menjabat General Manager Corporate Finance Division Jan Darmadi Group. Setelahnya, hingga Januari 1996, Emirsyah menduduki posisi Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation, Jakarta.
Setahun kemudian, dia merantau sebagai Managing Director (CEO) Niaga Finance Co. Ltd, Hong Kong. Ia kembali ke Jakarta pada 2003 untuk menjadi Direktur Keuangan Garuda Indonesia sebelum bergabung dengan Bank Danamon sebagai Wakil Direktur Utama (2003-2005).
Emirsyah dipercaya sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia pada 22 Maret 2005. Saat itu, maskapai Nasional ini sedang “berdarah-darah” dengan menanggung rugi hingga Rp 10 triliun. Masalah keamanan juga membuat maskapai ini dilarang terbang ke Eropa dan Amerika.
(Baca juga: Dugaan Suap Emirsyah Telah Menjerat Rolls-Royce di Inggris)
Untuk memperbaiki Garuda, Emirsyah meluncurkan program Quantum Leap. Ia berusaha mengubah budaya perusahaan untuk memperbaiki layanan, termasuk mendapat modal dengan melantai di bursa pada 2011. Hasilnya, Garuda kembali mendapatkan kepercayaan konsumen dan regulator penerbangan.
Saat Emirsyah mengundurkan diri dari Garuda Indonesia pada Desember 2014, maskapai itu telah kembali terbang ke Eropa melalui rute Jakarta – London. Untuk memperluas pangsa pasarnya, Garuda juga memutuskan bergabung dalam aliansi maskapai penerbangan global, Skyteam. Bahkan, Skytrack menobatkan Garuda Indonesia dalam 10 besar maskapai terbaik di dunia.
Lepas dari Garuda, Emirsyah menjadi Chairman MatahariMall.com, situs e-commerce milik Grup Lippo.