Gempa yang terjadi di Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Rabu pagi (7/12) lalu, telah menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa. Namun, bencana tersebut tidak mengganggu produksi minyak dan gas bumi (migas) di Aceh. Bahkan, kegiatan operasional kontraktor kontrak kerjasama tetap berjalan.
Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) Marzuki Daham mengatakan, gempa bumi yang terjadi di Pidie Jaya tersebut tidak berdampak pada operasional blok migas di Aceh. Sebab, lokasi blok migas yang berproduksi saat ini jaraknya jauh dari kawasan gempa. (Baca: Gempa Aceh, Pertamina Klaim Distribusi BBM dan LPG Aman)
"Aman, tidak terjadi gangguan. Masih jalan dan berproduksi," kata Marzuki kepada Katadata, Kamis (8/12). Hingga hari ini, rata-rata produksi migas di Aceh mencapai 18 ribu barel minyak ekuivalen per hari (boepd).
Sementara itu, produksi minyak dan gas bumi secara nasional per 30 November 2016 mencapai 2.255 MBOEPD. Jumlahnya lebih tinggi dari target rencana kerja dan anggaran perusahaan yang sudah direvisi tahun ini, yakni 2.213 MBOEPD.
Marzuki mengatakan, terdapat 11 wilayah kerja migas di Aceh. Namun, baru dua blok yang sudah berproduksi yakni Blok NSO dan Blok B yang dikelola oleh Pertamina. Tiga blok lainnya, seperti Blok A yang dikelola oleh Medco Energi, masih dalam tahap pengembangan. Sisanya sebanyak enam blok migas masih dalam tahap eksplorasi.
(Baca: Masih Ada Potensi Gempa, Badan Geologi Minta Warga Aceh Waspada)
Di sisi lain, menurut Marzuki, gempa yang melanda Aceh mendorong kontraktor migas untuk saling berbagi. Beberapa kontraktor migas meminjamkan alat berat untuk membantu evakuasi di lokasi gempa.
(Baca: Gempa Aceh Masuk Daftar 10 Gempa Terdahsyat Dunia)