Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) pada November 2016 menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah pandangan pesimistis terhadap hasil sidang organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) di Wina, Austria, 30 November lalu, akan mencapai kesepakatan pengurangan produksi minyak.

Tim harga minyak Indonesia menghitung  rata-rata ICP minyak mentah Indonesia pada November 2016 mencapai US$ 43,25 per barel atau lebih rendah 7,3 persen dibandingkan Oktober 2016 yang sebesar US$ 46,64 per barel. Sementara harga SLC pada November 2016 juga turun US$ 3,02 per barel menjadi US$ 44,53 per barel.

(Baca: Pembekuan Keanggotaan OPEC Tak Pengaruhi Pasokan Minyak)

Perkembangan harga ICP ini sejalan dengan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada November 2016 yang menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Harga minyak jenis Brent di bursa ICE turun  US$ 4,31 per barel menjadi US$ 47,08 per barel. Sedangkan harga minyak jenis WTI (Nymex) turun US$ 4,18 menjadi US$ 45,76 per barel. Adapun harga Basket OPEC turun US$ 4,73 menjadi US$ 43,14 per barel.

Menurut Tim Harga Minyak Indonesia, penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kenaikan produksi minyak mentah OPEC. Berdasarkan publikasi IEA (International Energy Agency) produksi November 2016 naik  0,23 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 33,83 juta barel per hari.

Selain itu,  berdasarkan laporan OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) November 2016, produksi minyak mentah OPEC pada Oktober 2016 naik 0,24 juta barel per hari menjadi 33,643 juta barel per hari. Bulan sebelumnya, produksi hanya  33,407 juta barel per hari. (Baca: Demi APBN, Jokowi Dukung Indonesia Keluar dari OPEC)

Kedua, proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2016 turun 0,01 juta barel per hari  menjadi 94,40 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya. Di samping itu, ada penambahan jumlah rig pengeboran sebanyak 42 rig pada Oktober menjadi 1.699 rig.

Ketiga, peningkatan stok minyak mentah komersial, bensin dan distillate Amerika Serikat selama November lalu dibandingkan bulan sebelumnya. Berdasarkan laporan EIA (Energy Information Administration)  USA, stok minyak mentah komersial naik 5,5 juta barel menjadi 488,1 juta barel. Sedangkan stok bensin naik 2,3 juta barel menjadi 226,1 juta barel dan stok distillate naik 3,6 juta barel menjadi 154,2 juta barel.

Keempat, menguatnya nilai tukar dollar Amerika Serikat dibandingkan beberapa mata uang utama dunia, antara lain euro, pound dan yen. Kondisi ini menurunkan daya tarik atas komoditas berbasis Dollar.

“Terakhir, pesimisme para pelaku pasar terhadap kesepakatan negara-negara OPEC atas rencana mengurangi tingkat produksi pada pertemuan OPEC 30 November 2016 di Wina,” dikutip dari situs Direktorat Jenderal Migas, Jumat (2/12). Padahal, setelah sidang digelar, negara OPEC sepakat memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari.

(Baca: OPEC Pangkas Produksi, BPS Peringatkan Risiko Kenaikan Harga BBM)

Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi beberapa hal. Pertama, berdasarkan data dari The Customs General Administration of China, impor minyak mentah Cina pada Oktober 2016 turun 36,12 juta barel menjadi 243,25 juta barel.

Kedua, penurunan permintaan produk minyak mentah India untuk pertama kalinya pada Oktober lalu sejak September 2014 sebesar 90 ribu barel per hari atau sebesar 2 persen dibandingkan awal tahun 2016.