Produksi minyak dan gas bumi (migas) dari Lapangan Bangka di Blok Rapak telah berhasil mencapai puncak produksinya. Puncak produksi lapangan yang termasuk proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD)  Chevron Indonesia ini diharapkan dapat berlangsung selama tujuh tahun.

Lapangan ini pertama kali mengalirkan gas sejak bulan Agustus lalu dan sudah mencapai puncak produksinya pada 7 Oktober lalu. "Sudah peak sekitar 110 juta kaki kubik per hari (mmscfd)," kata Deputi Pengendalian Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Muliawan kepada Katadata, Rabu (19/10).

(Baca: Chevron Produksi Gas Alam Pertama Lapangan Bangka)

Sebelumnya, total produksi Lapangan Bangka pada September lalu baru mencapai 64 mmcsfd. Produksi gas itu bersumber dari dua sumur, yaitu sumur Bangka-6 sebesar 40 mmscfd yang lebih dulu beroperasi pada Agustus lalu dan sumur Bangka-7 sebesar 24 mmscfd yang beroperasi sebulan kemudian.

Kedua sumur gas itulah yang menopang sumber gas di Lapangan Bangka milik Chevron saat ini. Sayangnya, Muliawan belum mau mendetailkan kinerja produksi dari masing-masing sumur Lapangan Bangka tersebut.

Yang jelas, SKK Migas menargetkan puncak produksi Lapangan Bangka bisa terus berlangsung hingga tahun 2023. Dalam rancangannya, kapasitas produksi gas alam Proyek Bangka sebesar 115 mmcsfd. Adapun kapasitas produksi kondensatnya didesain mencapai 4.000 barel per hari. Proyek tersebut akan terkoneksi ke fasilitas produksi terapung (FPU).

Halaman: