Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan Lapangan Bangka di Blok Rapak akan segera berproduksi. Salah satu proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) Chevron ini sudah dalam tahap persiapan produksi.  

Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan menargetkan proyek ini bisa berproduksi paling lambat bulan ini. “Mudah-mudahan akhir Agustus,” ujarnya kepada Katadata beberapa hari lalu. (Baca: Produksi Lapangan Bangka Mundur Sampai Agustus 2016)

Saat ini Chevron masih menyelesaikan konstruksi untuk fasilitas produksi dalam proyek tersebut. Dalam rancangannya, fasilitas ini memiliki kapasitas produksi gas alam sebesar 115 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan 4.000 barel kondensat per hari.

Dikutip dari situs resmi Chevron, proyek Bangka ini akan terkoneksi ke fasilitas produksi terapung (FPU). Menurut informasi yang diperoleh Katadata, nantinya sebanyak 50 mmdcfd gas dari Lapangan itu akan mengalir ke Kilang di Bontang, Kalimantan Timur.

Chevron Indonesia Company memegang porsi kepemilikan 62 persen pada proyek. Setelah keputusan akhir investasi pada semester II-2014, hingga saat ini Chevron telah mengebor dua sumur pengembangan pada proyek migas laut dalam tersebut.

Selain Lapangan Bangka, Chevron memiliki lapangan gas yang akan dikembangkan dalam proyek IDD yakni Gendalo dan Gehem. Kepemilikan pada dua lapangan ini sekitar 63 persen. Namun, hingga saat ini kedua lapangan tersebut belum dikerjakan.

Untuk memulai produksi di dua lapangan ini, Chevron masih menunggu keputusan pemerintah terkait revisi proposal rencana pengembangan (PoD). Revisi proposal PoD ini dilakukan karena ada perubahan nilai investasi dalam proyek tersebut. (Baca: Harga Minyak Anjlok, Chevron Tunda Dua Lapangan Proyek IDD)

Meski ada perubahan nilai investasi, produksi di lapangan ini tidak mengalami perubahan. Lapangan Gehem  akan memproduksi gas sebesar 420 mmscfd, dan Gendalo sebesar 700 mmscfd. Selain gas ada juga kondensat dari Gehem sebesar 25 ribu barel kondensat per hari dan Gendalo 25 ribu barel kondensat per hari.

Chevron sebenarnya sudah dua kali menyampaikan revisi proposal IDD untuk Gendalo dan Gehem. Namun, saat revisi proposal itu diserahkan, pemerintah selalu menolaknya. Pertama, karena proposal tersebut tidak lengkap secara adminstrasi.

Kedua, Chevron meminta insentif yang tidak ada dalam kontrak, yakni credit investment. Investment Credit merupakan hak untuk meminta ganti rugi kepada pemerintah dengan persentase tertentu atas nilai investasi yang berhubungan langsung dengan pembangunan fasilitas produksi suatu proyek.

Pada proposal kedua, Chevron meminta investment credit Proyek IDD sebesar 240 persen.  Menurut Djoko Siswanto yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, investment credit tersebut seharusnya tidak lebih dari 100 persen. Ketentuan ini tetap sama meskipun proyek IDD merupakan proyek laut dalam yang memiliki risiko lebih besar.

Investment credit yang terlalu besar tersebut membuat pembengkakan dana investasi yang harus dikeluarkan oleh Chevron. Jika investment credit di bawah 100 persen, maka investasi yang harus dikeluarkan Chevron tidak akan mencapai US$ 9 miliar. (Baca: Chevron Tak Bisa Pakai Investment Credit untuk Proyek IDD)