Kapal fasilitas produksi lepas pantai atau Floating Production and Offloading (FPO) untuk Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East akhirnya telah selesai pengerjaannya. Dengan begitu lapangan gas yang ada di Blok Muara Bakau, Kalimantan Timur ini dapat segera berproduksi.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan penyelesaian kapal FPO itu kurang dari dua tahun. “Meskipun ekonomi dunia masih lemah dan harga minyak belum begitu pulih tapi pembangunan fasilitas produksi migas jalan terus,” kata dia kepada Katadata, Kamis (30/6). (Baca: Harga Minyak Rendah, Proyek Jangkrik Berjalan Sesuai Jadwal)

Kapal FPO ini memiliki kapasitas untuk gas kurang lebih 450 juta kaki kubik (mmscfd) dan kondensat 4.000 barel per hari. Kapal terbesar untuk FPO yang selesai dibangun pada pemerintahan Joko Widodo ini memiliki ukuran panjang  200 meter, lebar 46 meter dan tinggi 15 meter.

Kapal ini kata Djoko sudah dalam perjalanan menuju Indonesia. Nantinya kapal ini akan diresmikan pengoperasiannya pada Oktober 2016 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Kemarin sudah kami cek seluruhnya sampai ke anjungan Heli Deck. Hari ini di berangkatkan dari yard Ulsan Korea menuju Indonesia dan akan tiba di  Yard Karimun Riau, kira-kira dua minggu lagi,” ujar dia.

Menteri ESDM akan meresmikan pengoperasian FPO di Oktober nanti. Setelah diresmikan, kapal ini bisa mulai beroperasi. Sehingga dua lapangan gas di Muara Bakau bisa segera berproduksi. Dengan begitu akan ada tambahan produksi nasional sebesar 450 mmscfd dan kondensat 4.000 bph.

Proyek Jangkrik berlokasi di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, sekitar 100 kilometer di timur Balikpapan. Proyek ini mencakup dua lapangan yakni Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East. Dua lapangan ini berada pada kedalaman 400 meter di bawah permukaan laut. Dua lapangan ini merupakan salah satu proyek gas laut dalam pertama di Indonesia. (Baca: Tahun Ini 13 Proyek Migas Mulai Beroperasi)

Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Muara Bakau ditandatangani pada 30 Desember 2002, dan dioperatori oleh ENI Muara Bakau B.V. Lapangan Jangkrik sendiri ditemukan kemudian di tahun 2009. 

Pengembangan gas Lapangan Jangkrik diawali dengan ditemukannya sumur JKK-1 pada tahun 2009, kemudian dilanjutkan sumur  JKK-2 dan JKK-3 tahun 2010. Sedangkan Lapangan Jangkrik North East dimulai  sejak penemuan sumur JNE-1 dan JNE-2 tahun 2011.

Rencana pengembangan lapangan (plan of development) I Lapangan Jangkrik disetujui oleh Menteri ESDM pada tanggal 29 November 2011. Sementara POD II Lapangan Jangkrik North East diperoleh persetujuan dari Kepala SKK Migas pada tanggal 31 Januari 2013. 

Proyek ini merupakan salah satu proyek gas besar selain Masela, proyek IDD Chevron dan kilang gas LNG tangguh di Papua. Total investasi untuk proyek ini mencapai US$ 4 miliar. Untuk lapangan Jangkrik sebesar US$ 2,8 milliar, dan Lapangan Jangkrik North East sebesar US$ 1,2 miliar. (Baca: 4 Megaproyek Migas Sumbang Investasi Tinggi)

Tahun lalu operator blok tersebut, Eni Muara bakau BV dan mitranya telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton untuk pasokan dalam negeri.