Pemerintah Batal Kurangi Dana Subsidi Elpiji

Arief Kamaludin|KATADATA
14/6/2016, 19.34 WIB

Pemerintah membatalkan rencana pemotongan dana subsidi elpiji dalam revisi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Padahal, semula pemerintah berniat mengurangi subsidi elpiji sebesar Rp 1.000 per kilogram (kg).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan, saat itu pemerintah berencana mengurangi subsidi karena harga pasar Aramco masih tinggi, yaitu berkisar US$ 400 per metrik ton. Namun, saat ini harga Aramco turun menjadi sekitar US$ 318 per metrik ton.

Berdasarkan kondisi itulah, Wiratmaja mengatakan, dana subsidi yang diajukan dalam APBNP 2016 sebesar Rp 31 triliun. “Jadi belum ada rencana untuk menaikkan harga atau mengurangi subsidi,” kata dia di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (14/6). (Baca: Pencabutan Subsidi Elpiji Tunggu Restu DPR)

Sementara itu, volume elpiji tiga kilogram pada APBN-P 2016 juga tidak berubah, yaitu sebesar 6,602 juta metrik ton. Namun, pemerintah terus mengontrol besaran konsumsi.  Untuk mengendalikan volume dan subsidi elpiji tiga kilogram, pemerintah pun menyiapkan empat langkah.

Pertama, sistem monitoring atau pemantauan secara berkala terhadap elpiji tiga kg. Kedua, sistem rayonisasi pendistribusian elpiji. Ketiga, meningkatkan pengawasan pendistribusian elpiji tiga kilogram melalui pengawasan penyaluran di subpenyalur (pangkalan). Keempat, pelaksanaan distribusi tertutup elpiji tiga kilogram.

Dengan empat langkah itu, harga elpiji subsidi di Indonesia diharapkan masih berada di kisaran Rp 14 ribu per tabung. Sedangkan untuk nonsubsidi Rp 135 ribu per tabung. “Dari hitung-hitungan subsidi masih cukup. Jadi belum akan ada rencana menaikkan harga Rp 1.000 itu,” ujar Wiratmaja. (Baca: Pertamina Klaim Harga LPG Subsidi Paling Murah di Asia)

PT Pertamina (Persero) pernah mengklaim harga LPG (liquefied petroleum gas) atau Elpiji yang dijual di Indonesia lebih murah dibandingkan negara-negara lain di Asia. Padahal, Indonesia masih mengimpor lebih dari setengah kebutuhan LPG nasional.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, harga LPG 3 kilogram (kg) yang dijual Pertamina lebih murah dari harga LPG bersubsidi di tiga negara Asia. Harga LPG bersubsidi di Indonesia hanya Rp 4.250 per kg. Sedangkan di India, Thailand, dan Malaysia yang harganya di atas Rp 5.000 per kg.

Bukan hanya yang bersubsidi, Pertamina juga mengklaim harga Elpiji nonsubsidi di Indonesia lebih murah dari China, Korea Selatan, Jepang, dan Filipina. Harga LPG nonsubsidi baik yang berkapasitas 5,5 kg dan 12 kg berkisar antara Rp 7.400 – Rp 10.000 per kg. Sedangkan di empat negara tersebut harganya berkisar dari Rp 12.000 – Rp 24.000 per kg. Dari data World LP Gas Association (WLPGA) yang dikutip Wianda,  Filipina ternyata memimpin harga LPG nonsubsidi paling mahal dari negara-negara yang lain. (Baca: Pemerintah Ingin Mengurangi Disparitas Harga Elpiji)

Selama ini Pertamina masih mengimpor 60 persen LPG untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri. Tahun ini Pertamina menargetkan porsi impornya bisa berkurang hingga 8 persen menjadi 53 persen. Pengurangan impor ini terjadi karena produksi dalam negeri meningkat. Peningkatannya disumbang dari Kilang Kilacap, Kilang TPPI dan ilang Mundu.