PT Pertamina (Persero) tengah mengincar 13 blok minyak dan gas (migas) yang saat ini masih dikelola perusahaan lain. Blok migas tersebut adalah yang kontraknya akan berakhir dalam empat tahun ke depan.
“Hingga 2020 ada 13 blok yang sudah dipetakan dan sedang dalam proses evaluasi Pertamina,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (11/5)
Dia mengatakan blok migas yang diincar harus memiliki kandungan minyak atau gas yang besar. Hal ini untuk mendukung impian Pertamina untuk bisa menyumbang produksi migas nasional lebih besar kedepannya. (Baca: Perpanjang Dua Kontrak Blok Migas, Pertamina Siapkan Rp 3,3 Triliun)
Saat ini produksi migas Pertamina baru berkontribusi 26 persen dari total produksi nasional. Sebagai perusahaan minyak negara (NOC) peran Pertamina masih rendah dibandingkan kontribusi NOC lain di negaranya.
NOC negara tetangga Malaysia, bahkan mampu memberikan konstribusi produksi migas untuk negaranya mencapai 70 persen. Pertamina menargetkan dengan mengincar 13 blok migas tersebut, kontribusinya terhadap produksi nasional bias meningkat menjadi 50 persen.
Wianda belum mau menyebutkan blok mana saja yang sedang dilirik Pertamina. Dia hanya mengatakan dari 13 blok migas tersebut sudah ada dua yang mendapat respons positif dari pemerintah. Yakni Blok East Kalimantan dan Blok Sanga-Sanga.
Blok East Kalimantan saat ini dikuasai Chevron Indonesia dan berakhir pada 2018. Awal tahun lalu, Chevron menyatakan tidak akan memperpanjang kontrak pengelolaan blok tersebut. Alasannya, perusahaan asal Amerika Serikat ini ingin fokus pada proyek gas laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD). (Baca: Tak Diperpanjang Chevron, Pertamina Siap Ambil Blok East Kalimantan)
Produksi migas di blok ini sebesar 18 ribu barel setara minyak per hari. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan minyak area tersebut mencapai 63,6 juta cadangan tangki barel (MTSB) dan gas 2.317 miliar standar kaki kubik (BSCF). Wianda mengatakan Blok East Kalimantan sangat strategis karena hasil produksinya sudah langsung diserap oleh infrastruktur pengolahan Pertamina.
Blok Sanga-Sanga yang dikelola VICO Indonesia, kontraknya juga akan habis pada 2018. Produksi saat ini sekitar 39 ribu barel setara minyak per hari. Cadangan minyaknya mencapai 13,2 MSTB serta gas sebesar 448,96 BSCF.
“Pertamina sedang mempelajari aspek teknis dan komersial Blok Sanga-sanga dan telah melakukan workshop bersama pemerintah untuk penyiapan rencana perusahaan untuk alihkelola pasca-2018,” ujar Wianda. (Baca: Pertamina: Proses Ruang Data Blok Sanga-Sanga Rampung Bulan Depan)
VICO Indonesia juga masih berhasrat mengelola ladang gas setelah kontraknya berakhir. Bahkan VICO sudah mengajukan surat perpanjangan mengelola blok tersebut. Artinya, belum bisa dipastikan Pertamina dapat mengambil alih Blok Sanga-Sanga pada 2018.
Jika mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 15 tahun 2015, pemerintah memiliki tiga opsi untuk memutuskan pengelolaan blok migas yang akan berakhir kontraknya. Pertama, perpanjangan kontrak oleh kontraktor lama. Kedua, pengelolaan oleh Pertamina. Ketiga, pengelolaan bersama antara kontraktor lama dan Pertamina.