PT Pertamina (Persero) menargetkan proses evaluasi hasil pembukaan ruang data atau data room di Blok Sanga-Sanga rampung dalam beberapa bulan ke depan. Setelah proses ini selesai, Pertamina akan mengambil sikap terhadap blok migas di Kalimantan Timur tersebut.
Senior Vice President Upstream Business Development Pertamina Denie Tampubolon mengatakan pihaknya memang sudah menyatakan ketertarikan untuk mengambil alih Blok Sanga-Sanga. Namun, sampai saat ini Pertamina belum mengajukan proposal untuk mengelola blok migas yang kontraknya akan berakhir pada 2018 ini.
Meski sudah menyatakan berminat, Pertamina masih akan mempertimbangkan potensi migas di Blok Sanga-Sanga. Proses evaluasi data yang di dapat dari pembukaan data room ini penting untuk mengetahui potensi yang ada. (Baca: Pertamina Ingin Masuk Blok Sanga-Sanga Sebelum Kontrak Berakhir)
Pertamina sebenarnya sudah mengantongi izin masuk ruang data Blok Sanga-Sanga sejak 21 Januari 2016. “Masih kami evaluasi, dalam satu sampai dua bulan akan kami selesaikan,” kata dia kepada Katadata, Jumat (29/4).
Hingga masa kontrak berakhir tahun, Blok Sanga-Sanga dioperatori oleh VICO Indonesia. Pemegang saham blok ini terdiri dari BP East Kalimantan sebesar 26,25 persen, Lasmo Sanga Sanga (26,25 persen), Virginia Indonesia Co LLC (7,5 persen), OPICOIL Houston Inc (20 persen), Universe Gas & Oil Company (4,37 persen), Virginia International Co LLC (15,63 persen).
VICO mengoperasikan tujuh lapangan produksi migas di Sanga-Sanga, yakni Badak, Nilam, Pamaguan, Semberah, Mutiara, Beras, dan Lempake. Produksi minyak dan gasnya diproses pada empat stasiun produksi. Stasiun produksi pertama yang dibangun adalah Badak pada 1972, diikuti Nilam (1982), Mutiara (1990), dan Semberah (1991). (Baca: Pertamina Akan Ajukan Proposal Blok Sanga-Sanga Tiga Bulan Lagi)
Dari data Kementerian ESDM, Cadangan minyak yang ada di blok tersebut sebersar 13,2 juta tangki barel (MMSTB) dan cadangan gasnya 448,96 miliar kaki kubik (BCF). Dengan potensi sebesar itu, Blok Sanga-Sanga menjadi salah satu blok migas andalan pemerintah untuk mencapai target lifting alias produksi siap jual gas. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, lifting Blok Sanga-Sanga ditargetkan 193,88 juta kaki kubik (mmscfd) atau 16,8 persen dari target lifting gas nasional.
Tidak hanya Pertamina yang berminat, VICO Indonesia juga masih berhasrat mengelola ladang gas setelah kontraknya berakhir. Bahkan VICO sudah mengajukan surat perpanjangan mengelola blok tersebut. Jika mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 15 tahun 2015, pemerintah memiliki tiga opsi untuk memutuskan pengelolaan blok migas yang akan berakhir kontraknya. Pertama, perpanjangan kontrak oleh kontraktor lama. Kedua, pengelolaan oleh Pertamina. Ketiga, pengelolaan bersama antara kontraktor lama dan Pertamina. (Baca: VICO Indonesia Ajukan Perpanjangan Kontrak Blok Sanga Sanga)
Menurut Sekretaris Komite Eksplorasi Nasional (KEN) Muhammad Sani, blok yang akan berakhir masa kontraknya lebih baik diserahkan kepada Pertamina. Ini dilakukan untuk menjamin kebutuhan migas dalam negeri. Bahkan dia mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif kepada Pertamina untuk mengelola blok migas yang akan berakhir.
Salah satu insentifnya adalah dengan mengurangi bagi hasil yang diterima oleh negara. Tujuannya agar Pertamina dapat menggenjot eksplorasi. Sehingga dapat meningkatkan penemuan cadangan migas baru. "Pemerintah inginnya bagi hasil yang lebih besar. Menurut KEN bagi hasil pemerintah bisa lebih kecil dengan syarat perusahaan mau melakukan eksplorasi sehingga bisa dapat cadangan baru," ujarnya.