Presiden Joko Widodo mengaku telah mempertimbangkan secara matang dalam memutuskan skema darat untuk pengembangan Blok Masela. Selain itu, mendengarkan masukan dari berbagai pihak, termasuk melibatkan pihak intelijen.
Pihak intelijen ini turun langsung untuk mengetahui keinginan masyarakat Maluku terhadap pengembangan blok kaya gas di Laut Arafura itu serta lokasi pembangunan kilangnya. “Saya sudah turunkan intelijen untuk mendengarkan suara di Maluku, di sini menghendaki darat,” kata Jokowi saat meresmikan Jembatan Merah Putih di Ambon, Maluku, Senin (4/4), seperti dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet.
Karena itulah, Jokowi memutuskan pengolahan gas Lapangan Abadi di Blok Masela dilakukan di darat atau menggunakan skema on shore. Dengan membangun kilang di darat, proyek tersebut akan memberikan dampak yang signifikan bagi daerah sekitarnya. Pengawasan pembangunannya pun akan lebih mudah, dibandingkan harus membangun kilang di laut.
(Baca: Rizal Ramli: Banyak yang Antre Kalau Inpex Kabur dari Masela)
Jokowi memahami, dari sisi investor pasti akan lebih senang jika kilang gas dibangun di laut melalui fasilitas Floating Liquefied Natural Gas (FLNG). Tapi, dari sisi pembangunan kawasannya, blok yang memiliki cadangan 10,73 triliun kaki kubik ini akan memberikan efek ekonomi berantai yang besar kalau kilang dibangun di darat.
Agar efek berantai itu terwujud, Jokowi juga meminta desain pembangunan wilayah disiapkan secara matang. Sebab, pembangunan kilang di darat pun belum menjamin pengembangan kawasan. Ia mencontohkan pembangunan kilang di Bontang, Kalimantan, yang pertumbuhannya hanya dinikmati daerah di sekitar kilang. Sementara kawasan yang lebih luas tidka berkembang. “Di darat kalau tidak didesain yang baik, jadinya juga tidak baik. Apalagi di laut, ini nanti menjadi superenclave, rakyat hanya melihat dari jauh,” ujar Jokowi.
(Baca: Maluku Dapat Harga Istimewa Hak Pengelolaan Blok Masela)
Selain itu, Presiden meminta agar sumber daya manusia (SDM) khususnya putra-putri daerah Maluku disiapkan untuk turut berperan dalam proyek tersebut. Proyek ini baru akan mulai berproduksi sekitar delapan tahun mendatang sehingga masih ada waktu untuk mempersiapkan tenaga kerja lokal.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Presiden telah memerintahkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk mempersiapkan ahli-ahli minyak dan gas dari Universitas Pattimura atau Politeknik Ambon. Jika proyek tersebut membutuhkan tenaga kerja sekitar 1.000 orang, maka tenaga yang disiapkan dari sekarang harus ada 2.000 orang. Dengan begitu, dalam kurun waktu empat sampai lima tahun yang akan datang tenaga terampil sudah siap. ”Jangan sampai saya sudah memaksa di darat seperti ini, nanti dari luar (tenaga kerjanya),” ujar Jokowi.
(Baca: Inpex Sudah Terima Surat Permintaan Revisi Proposal Blok Masela)
Sementara itu, Inpex Corporation selaku operator Blok Masela belum mau berkomentar banyak mengenai keputusan tersebut. Apalagi, surat resmi keputusan pemerintah itu baru diterima Inpex, Senin kemarin setelah diputuskan oleh Presiden pada 23 Maret lalu. “Saat ini kami masih pada tahap mempelajari surat itu,” kata Juru bicara Inpex Usman Slamet, Senin (4/4).