Terkendala Merek Dagang, Solarlite Berubah Jadi DEXlite

Arief Kamaludin|KATADATA
Proses pengisian bahan bakar di salah satu SPBU.
Penulis: Arnold Sirait
4/3/2016, 19.10 WIB

Meski menghadapi kendala merek dagang, PT Pertamina (Persero) tak surut langkah untuk meluncurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis baru. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi ini pun sudah menyiapkan nama baru pengganti Solarlite.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan Pertamina nelum meluncurkan Solarlite ke pasar adalah terganjal masalah merek dagang. Ternyata nama Solarlite sudah dipakai lebih dulu untuk sebuah produk atap. Karena itu, Pertamina terpaksa mencari baru untuk mendaftarkan produk tersebut. “Mungkin DEXlite,” ujar dia kepada Katadata, Jumat (4/3).

(Baca: Peluncuran Solarlite Terkendala Merek Dagang)

Pertamina juga masih memfinalisasi spesifikasi dari produk barunya tersebut. Mengenai besaran volumenya, Bambang belum bisa memastikan. Pasalnya, perusahaan pelat merah ini akan melakukan uji pasar terlebih dulu untuk mengetahui volume yang akan dijual. Apabila produk ini mendapat respons positif dari pasar, Pertamina akan menjual sesuai dengan kebutuhan yang diminta masyarakat.

Tidak hanya itu, Pertamina juga belum menentukan harga jual solar jenis baru ini. Yang jelas, harganya di atas harga jual solar bersubsidi namun di bawah harga Pertamina DEX. Sekadar informasi, saat ini harga Solar bersubsidi sebesar Rp 5.650 per liter, sementara harga Pertamina Dex bervariasi. Paling murah harga Pertamina Dex di Batam Rp 8.300 per liter, dan paling mahal di Maluku Rp 10.400 per liter.

(Baca: Lima Tahun Lagi Pertamina Akan Hapus Premium)

Produk solar jenis baru ini sempat menjadi perhatian mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Fahmi Radi. Solarlite dianggap tidak memiliki perbandingan atau acuan harga di pasar internasional. Pasalnya, bahan bakar jenis baru untuk mesin diesel ini memiliki spesifikasi lebih baik daripada Solar bersubsidi, namun di bawah Pertamina Dex. Bilangan cetane (ukuran tingkat kepekaan terhadap pembakaran) Solarlite mencapai 51, sedangkan Solar bersubsidi 46-48 dan Pertamina Dex berbilangan cetane 53. Harganya pun tentu di atas Solar bersubsidi, tapi di bawah Pertamina Dex.

Tidak adanya acuan ini, menurut Fahmy, produk baru itu berpotensi memicu penggelembungan harga sehingga bisa menjadi lahan baru bagi mafia migas untuk memburu rente. “Untuk mencegah permainan mafia migas, Pertamina harus transparan dalam menetapkan harga jual Solarlite,” kata dia. (Baca: Tanpa Acuan, Solarlite Berpotensi Munculkan Pemburu Rente)

Menanggapi hal tersebut, Vice President Corporate Communication Wianda Pusponegoro menganggap penentuan harga sepenuhnya hak perusahaan. Pertamina juga tidak wajib untuk membuka formula harga dari produk baru tersebut. Keterbukaan formula harga, menurut dia hanya berlaku untuk BBM jenis Premium dan solar subsidi. Sementara untuk produk ini merupakan produk nonsubsidi. “Bila produk dagang dan nonsubsidi setiap badan usaha harus punya formula margin yang dapat dilindungi, karena badan usaha lain juga sama,” ujar dia. 

Meski tidak ada kewajiban untuk membuka formula harga, Wianda yakin tidak akan ada pemburu rente dalam penjualan produk itu. Adanya produk BBM jenis baru malah bisa menguntungkan masyarakat karena memberikan pilihan baru. Saat ini ada tiga jenis solar yang dijual Pertamina. Pertama solar subsidi harganya Rp 5.650 per liter. Kedua ada solar nonsubsidi harganya Rp 7.550 per liter. Ada juga Pertamina Dex (Pertadex) yang harganya mencapai Rp 8.800 per liter. “Silakan masyarakat yang memutuskan mana solar yang sesuai spesifikasi mobilnya. Tidak ada paksaan,” kata dia.

Reporter: Miftah Ardhian