KATADATA - Meski harga minyak dunia masih rendah, puncak produksi Lapangan Banyu Urip Blok Cepu di Jawa Timur diharapkan tercapai tahun ini. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan puncak produksi lapangan minyak dan gas bumi yang dioperatori ExxonMobil ini terlaksana pada April 2016.
Wakil Kepala SKK Migas M.I. Zikrullah optimistis target tersebut tercapai dalam dua bulan ke depan karena fasilitas produksi utama (cpf) di Train A dan B mulai beroperasi. Menurutnya, dengan beroperasinya Train A akhir tahun lalu akan menyumbang sekitar 90 ribu barel per hari (bph). Sementara Train B yang mulai beroperasi sejak 18 Januari 2016 diharapkan menambah produksi hingga mencapai puncak produksi 165 ribu bph. (Baca: Target Akhir Tahun Produksi Minyak Blok Cepu Meleset Lagi)
"Train B naiknya masih perlahan. Jadi nanti puncak produksi totalnya bisa mencapai 165 ribu barel per hari," kata Zikrullah di Gedung DPR Jakarta, Senin, 25 Januari 2016. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, target lifting Blok Cepu dipatok hanya 161.120 bph. Sementara dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (WP&B) 2016, SKK Migas dan kontraktor sepakat lifting tahun ini bisa 168.430 bph.
Lapangan Banyu Urip juga menjadi salah satu andalan pemerintah dalam mencapai target lifting. Hal tersebut mengingat selama 11 tahun target lifting tidak dapat tercapai. Dengan puncak produksi diharapkan target lifting sebesar 830 bph dalam APBN 2016 dapat tercapai. Sampai dengan kontrak bagi hasil selesai, blok ini diharapkan dapat menghasilkan 450 juta barel minyak selama masa operasi proyek. (Baca: Meleset Lagi, 11 Tahun Target Lifting Tidak Tercapai)
Manajemen ExxonMobil menganggap rendahnya harga minyak dunia hingga jatuh di bawah US$ 30-an per barel belum mempengaruhi produksi Blok Cepu. Vice President Public and Government Affairs, ExxonMobil Cepu Limited Erwin Maryoto mengatakan saat ini produksi blok di Kabupaten Bojonegoro -perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur- itu masih di atas 130 ribu bph.
Menurut dia beroperasinya fasilitas produksi utama (CPF) dapat meningkatkan produksi hingga mencapai puncaknya 165 ribu bph. Sebelum fasilitas produksi utama tersebut beroperasi, produksi Blok Cepu hanya mengandalkan fasilitas EPF atau Early Production Facility dan EOE atau Early Oil Expansion. Kedua fasilitas tersebut hanya dapat memproduksi 40 ribu bph.
Fasilitas EPF ini menghasilkan 30 ribu bph. Sementara fasilitas EOE memproduksi 10 ribu bph. Produksi dari dua fasilitas ini disalurkan ke PT Triwahana Universal sebesar 16 ribu bph. Sedangkan yang disalurkan ke Pertamina sebesar 24 ribu bph. "Dengan berjalannya fasilitas pemrosesan pusat (CPF), produksi akan terus meningkat," kata Erwin saat dihubungi Katadata, Jumat, 22 Januari 2016. (Baca: Tahun Ini 13 Proyek Migas Mulai Beroperasi).
Di Lapangan Banyu Urip terdapat 45 sumur yang berproduksi dari tiga tapak sumur. Ada pula satu fasilitas pemrosesan pusat dan jalur pipa darat atau lepas pantai sepanjang 95 kilometer dari Desa Mojodelik, Gayam, Bojonegoro menuju ke pinggir dan lepas pantai di Kecamatan Palang, Tuban, Jawa Timur. Di jalur pipa lepas pantai terdapat satu kapal tangki penyimpanan dan fasilitas bongkar-muat di Laut Jawa.
ExxonMobil Cepu Limited sebagai operator memiliki saham 45 persen di Lapangan Banyu Urip. Sedangkan PT Pertamina EP Cepu memiliki 45 persen saham. Sisanya dimiliki oleh empat Badan Usaha Milik Daerah yakni PT Blora Patragas Hulu, PT Petrogas Jatim Utama Cendana, PT Asri Darma Sejahtera, dan PT Sarana Patra Hulu Cepu.