KATADATA - Pemerintah menyiapkan langkah antisipasi terkait rencana Chevron melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawannya di Indonesia. Langkah ini bertujuan meminimalisir dampak sosial dari kebijakan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Amerika Serikat tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengaku hari ini telah menugaskan Direktur Jenderal Migas I.G.N. Wiratmaja dan Kepala Satuan Pelaksana Kegiatan Usaha Migas (SKK Migas) untuk memanggil manajemen Chevron Indonesia. Tujuannya mendapatkan informasi langsung mengenai kondisi terkini di Chevron. “Kami akan mendengar dulu apa yang terjadi di lapangan. Saya sudah tugaskan Dirjen Migas dan SKK Migas untuk melihat dan kami harus melakukan antisipasi apa,” katanya diJakarta, Kamis (14/1).
(Baca : Chevron PHK Ribuan Karyawan di Indonesia)
Sudirman menilai, keputusan Chevron melakukan PHK karyawannya itu merupakan tindakan korporasi. Jadi, pemerintah tidak bisa ikut campur terhadap keputusan tersebut. Yang bisa dilakukan pemerintah adalah memastikan tindakan PHK itu sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika PHK tetap dilakukan, manajemen Chevron harus memberikan hak-hak yang seharusnya diperoleh karyawan. Hak karyawan tersebut harus dipenuhi untuk meminimalkan dampak sosial dari PHK.
Terus melorotnya harga minyak dunia hingga menyentuh level US$ 20-an per barel pekan ini, menurut Sudirman, memang membuat industri migas khususnya sektor hulu tertekan. Untuk menghadapi kondisi tersebut, beberapa kontraktor migas melakukan berbagai program efisiensi, termasuk PHK karyawan. Kebijakan itu bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. “Tren efisiensi dan pemangkasan itu terjadi dimana-mana. Bagaimanapun ini merupakan sesuatu yang dirasakan seluruh dunia,” katanya.
Meski begitu, Sudirman meminta Chevron memenuhi target produksi dan produksi minyak siap jual (lifting) yang sudah ditetapkannya bersama pemerintah Indonesia. Chevron Indonesia memang menjadi salah satu andalan lifting minyak di Indonesia. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, PT Chevron Pacific Indonesia menjadi penyumbang terbesar target lifting minyak secara nasional, yaitu 247,95 ribu barel per hari (bph). Adapun target lifting nasional tahun ini ditetapkan sebesar 830,04 ribu bph.
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja menganggap informasi mengenai PHK ribuan karyawan Chevron masih belum resmi. “Saya akan bertemu dengan pimpinan Chevron,” katanya.
(Baca : Musim PHK Pekerja Migas)
Seperti diberitakan Katadata sebelumnya, salah seorang petinggi perusahaan migas multinasional di Indonesia mengabarkan, Chevron Indonesia berencana melakukan PHK terhadap sekitar 1.500 orang karyawannya pada Maret mendatang. "Pengumumannya (PHK) dua minggu lagi," katanya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, manajemen Chevron di Indonesia memang tengah mempersiapkan program efisiensi usaha akibat dampak anjloknya harga minyak dunia. Program itu meliputi pensiun dini dengan skema golden shake hand terhadap 25 persen dari total karyawannya. Berdasarkan laman situs Chevron, perusahaan migas multinasional tersebut memiliki sekitar 6.300 karyawan dan 30 ribu karyawan mitra kerja di Indonesia.
Tak cuma melakukan PHK, Chevron juga berencana menjalankan program efisiensi terhadap tenaga kerja kontraktor dan efisiensi kegiatan jasa penunjang bisnisnya di Indonesia. Bahkan, sebelumnya Chevron sudah melakukan sejumlah efisiensi berupa pengurangan kegiatan dan fasilitas para karyawan. Antara lain, menutup fasilitas kesehatan seperti rumahsakit dan klinik, menghilangkan bantuan pendidikan dan sewa rumah bagi karyawannya, hingga penghapusan kegiatan family gathering. Selain itu, mengurangi penggunaan tenaga kerja lepas dan memperketat kriteria kenaikan gaji berdasarkan prestasi (merit increase).
Hingga berita ini ditulis, manajemen Chevron Indonesia belum memberikan konfirmasi perihal kabar tersebut. Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Yanto Sianipar tidak membalas pertanyaan yang dikirimkan Katadata melalui aplikasi pesan Whatsapp. Sementara itu, seorang pejabat pemerintah di sektor migas membenarkan adanya program pensiun dini yang ditawarkan Chevron kepada para karyawannya. “Tapi ada insentifnya, termasuk hak dan pesangon,” katanya.
Mengutip data S&P Capital IQ, beberapa perusahaan raksasa migas multinasional melakukan efisiensi sejak tahun lalu lantaran anjloknya harga minyak. Jika dibandingkan dengan ExxonMobil, BP dan Royal Dutch Sell, Chevron tercatat paling getol melakukan efisiensi. (Baca : Banyak Perusahaan Tutup Jika Harga Minyak di Bawah US$ 30)
Secara persentase, biaya operasional Chevron dibandingkan belanja modalnya hanya 67 persen. Berbeda dengan BP dan ExxonMobil yang persentase biaya operasionalnya masih besar, yaitu masing-masing 98 persen dan 127 persen. Bahkan, Royal Dutch Sell memiliki persentase biaya operasional terhadap belanja modal sebesar 139 persen.