KATADATA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan proposal revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) untuk proyek laut dalam (IDD) di Selat Makassar selesai dalam dua pekan. Chevron Indonesia Company selaku kontraktor Blok tersebut sudah mengajukan proposal revisi tersebut sejak 31 Desember 2015.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan sampai saat ini proposal tersebut masih dikaji oleh SKK Migas. “Masih buka dua lembar dari proposal mereka. Kira-kira dua minggu selesai, karena SKK migas juga bakal panggil Chevron untuk evaluasi proposal PoD,” kata dia kepada Katadata, Kamis (7/1).
Dalam revisi proposal tersebut, ada beberapa perubahan seperti jadwal beroperasi (onstream) beberapa proyek. Untuk proyek Lapangan Gendalo dijadwalkan baru beroperasi pada 2022 dan Lapangan Gehem pada 2023. Kedua proyek ini awalnya dijadwalkan beroperasi pada 2020. (Baca: Chevron Komitmen Lanjutkan Investasi di Indonesia)
Nilai investasi yang diajukan Chevron juga berubah, lebih rendah dari yang diajukan sebelumnya. Dalam proposal yang baru ini, Chevron mengajukan biaya investasi yang akan dikeluarkan untuk proyek IDD di Selat Makasar sebesar US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun.
Pada awal PoD yang disetujui di 2008, Chevron mengajukan nilai investasi proyek tersebut sebesar US$ 6,9 miliar atau sekitar Rp 96,6 triliun. Namun, setelah tahap Front-End Engineering Design (FEED) pada 2013, biaya investasi yang dibutuhkan melonjak hampir dua kali lipat US$ 12 miliar atau Rp 168 triliun.
Perubahan nilai investasi ini salah satunya dipengaruhi oleh tren harga minyak. Menurut Elan, acuannya bukanlah harga minyak saat ini. Besaran investasi tersebut juga harus memprediksi harga minyak ke depan. “Kalau kami mau prediski itu menggunakan tren jangka panjang,” ujar dia. (Baca: Belum Revisi Proyek IDD, Chevron Masih Hitung Banyak Faktor)
Mengenai nilai investasi yang diajukan saat ini pun, kata dia, masih sangat prematur jika dijadikan acuan biaya proyek. POD tersebut hanya bisa dijadikan sebagai patokan awal saja. Setelah POD disetujui, masih ada tahap pra-FEED, kemudian FEED untuk mematangkan nilai keekonomian.
Poin lain yang diajukan Chevron dalam proposal revisi tersebut adalah perpanjangan kontrak untuk wilayah kerja Makassar Strait. Kontrak wilayah kerja ini seharusnya berakhir pada 2020. Namun, Chevron menginginkan agar proyek ini masa kontraknya sama dengan proyek IDD lain seperti Ganal, Rapak, dan Muara Bakau yang habis pada 2028.
Untuk produksi, dalam proposal yang diajukan saat ini tidak mengalami perubahan, yakni untuk produksi gas 1.270 juta kaki kubik (mmscfd). Produksi tersebut akan disumbang dari Lapangan Bangka sebesar 150 mmscfd, Gehem Hub sebesar 420 mmscfd, dan Gendalo Hub sebesar 700 mmscfd. Selain gas ada juga kondensat dari Gehem sebesar 25.000 barel per hari (bph) dan Gendalo 25.000 bph.
Sebelumnya, proyek IDD dikabarkan batal. Alasannya adalah nilai keekonomian dari proyek tersebut dinilai masih rendah. Menurut sumber Katadata, jika diteruskan pun pemerintah akan mengalami kerugian. (Baca: Chevron Dikabarkan Batalkan Proyek Laut Dalam (IDD))
Proyek IDD ini termasuk salah satu proyek migas dengan nilai investasi besar saat ini, selain proyek Masela, Tangguh Train 3 dan Jangkrik. Jika ditotal, investasi tersebut mencapai US$ 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun.